Mohon tunggu...
Abdillah El-ghafoury
Abdillah El-ghafoury Mohon Tunggu... -

bukan seorang pemuda yang berkata itu bapakku, tapi seorang pemuda yang berkata ini dadaku..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Selamat Tinggal Kenanganku

2 April 2014   04:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:12 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kukirimkan seuntai salam ukhuwah berbingkai keabadian dari harapan yang telah terkubur.

saat hati berharap pada sebuah mimpi. terucap doa dan ikhtiar yang dilakukan, berbekal kesabaran dan berpegangkan tawakal. namun tak semua mimpi dapat terpenuhi, tak semua harap berubah menjadi nyata. saat sang penguasa langit dan bumi berkehendak lain, mimpi hanya tinggal ilusi, dan harap hanya bersisa kenangan.

itulah yang kurasakan...

saat semua asaku hilang, saat semua harapku terbang, dan saat ku harus tersadar dari semua mimpi yang tak mungkin diwujudkan. aku bagaikan mentari yang mengharap sang rembulan. babagaikan seorang gembala yang menanti turunnya sang bidadari.

saat semua tanya tlah terjawab, saat semua kepastian tlah menghampiri, keraguan yang membelenggu pun lenyap. kini ku yakin kau adalah mimpi-mimpi yang tak mungkin ku capai. kau hanyalah bayangan yang tak pernah menjadi kenyataan.

walaupun terkadang hati ini sesak saat semua bayangmu hadir, walaupun senyummu selalu melayang dalam ingatan dan walapun suaramu terus terngiang di gendang telinga. namun ku harus yakin bahwa aku harus melupakanmu, menghapus semua memori tentangmu dalam ingatanku.

kini, ku kan berjalan mengikuti arah mata angin yang entah kemana akan membawaku, melangkah pergi bersama perginya harapanku. biarlah debu sahara menutupi dha'ifnya diriku, menguburku beserta semua mimpiku, biarlah sang waktu menghapus perananku, dan biarlah panas mentari membakar hangus semua ingatanku terhadapmu

selamat tinggal humaira dalam kehiupanku, sadarku harus melupakan semua tentangmu. walau sebenarnya hati ini menangis, namun aku harus tegar berlari tanpa cinta disisi.

kau ternyata tak bisa ku ubah menjadi mawar, kau tetaplah edelweis di taman impian. kini, hanya sang waktulah yang tahu kemana aku akan pergi dan hanya sang waktulah yang tahu sampai kapan aku berlari. semoga Sang Khaliq mempertemukan kita kembali di kehidupan yang lain.

"yakinkan aku Tuhan, dia bukan milikku...."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun