Mohon tunggu...
Ainul Adaniyah
Ainul Adaniyah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tanpamu,dia dan mereka,,,,kisah ini tak kan pernah ada...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masih Nyontek? Apa Kata Dunia?

11 Januari 2014   16:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyontek tampaknya masih menjadi penyakit akut yang sampai saat ini masih belum ada obat mujarab untuk menyembuhkannya. Ironisnya, mahasiswa sebagai penyandang pendidikan tinggi ternyata masih saja akrab dengan kebiasaan tersebut atau malah makin berani nyontek karena sudah lihai menyontek sejak masih duduk dibangku SMP dan SMA. Ada yang sengaja milih tempat duduk disamping atau dibelakang temannya yang pandai bahkan ada juga yang dengan terang - terangan sebelum masuk kelas bilang  ke temannya," Nanti conteki aku ya...". Suasana kelaspun ketika perkuliahan biasa dengan saat ujian sangat jauh berbeda. Saat perkuliahan harian, mereka cenderung memilih tempat duduk paling depan dengan alasan agar bisa maksimal menyerap materi dari dosen. Beda ketika masa-masa ujian, tempat duduk paling belakang  justru jadi yang  paling laris, katanya" posisi menentukan prestasi ". Padahal jargon yang pas seharusnya "Belajar menentukan prestasi ".

Fakta ini yang sebenarnya memicu anggapan  bahwa lulusan sarjana belum tentu memiliki masa depan yang menjanjikan. Mereka tak punya kepercayaan diri yang mumpuni karena efek dari kebiasaan buruk menyontek. Menyontek menjadikan seseorang tak yakin dengan jawabannya sendiri meskipun bisa jadi jawabannya justru yang benar. Ini benar-benar fenomena yang memprihatinkan. Sebenarnya  pihak universitas telah memberikan sanksi keras terhadap mahasiswa yang melakukan pelanggaran saat ujian, tapi kiranya  itu belum cukup memberikan rasa jera kepada mereka. Ada dan tiadanya pengawas ujian serasa tak berarti apa-apa, memang terkadang ada pengawas yang sangat idealis sehingga memperhatikan tiap gerak-gerik  mahasiswa tetapi banyak juga pengawas yang masuk kelas sebagai pengawas ujian sekedar sebagai formalitas ujian karena ia berpikir bahwa “ Biarkan sajalah, saya kan  juga pernah muda “. Ini yang nampaknya menjadi penyemangat bagi mahasiswa penyontek.

Tidak seharusnya kita sebagai mahasiswa masih memiliki moral ciut seperti itu . Menyontek bukan segalanya, menyontek tidak bisa dibiarkan menjadi candu lagipula apalah arti mendapatkan nilai bagus dan IP tinggi namun dari hasil menyontek. Belajar dengan tekun disertai doa akan menjadi kekuatan dan modal optimisme yang luar biasa bagi kita untuk mencapai nilai yang maksimal. Jangan takut mendapatkan nilai jelek  jika tidak  menyontek, toh nantinya kita masih mendapatkan kesempatan untuk memperbaikinya kan? Hasil dari usaha sendiri akan membuat kita merasa percaya diri dan selalu mengevaluasi kelemahan, mungkin dari segi belajar yang kurang maksimal atau belum memahami materi kuliah sepenuhnya.  Ingat kawan, kita adalah generasi penerus bangsa yang sangat dinanti kontribusinya demi perbaikan negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun