Menyontek tampaknya masih menjadi penyakit akut yang sampai saat ini masih belum ada obat mujarab untuk menyembuhkannya. Ironisnya, mahasiswa sebagai penyandang pendidikan tinggi ternyata masih saja akrab dengan kebiasaan tersebut atau malah makin berani nyontek karena sudah lihai menyontek sejak masih duduk dibangku SMP dan SMA. Ada yang sengaja milih tempat duduk disamping atau dibelakang temannya yang pandai bahkan ada juga yang dengan terang - terangan sebelum masuk kelas bilang  ke temannya," Nanti conteki aku ya...". Suasana kelaspun ketika perkuliahan biasa dengan saat ujian sangat jauh berbeda. Saat perkuliahan harian, mereka cenderung memilih tempat duduk paling depan dengan alasan agar bisa maksimal menyerap materi dari dosen. Beda ketika masa-masa ujian, tempat duduk paling belakang  justru jadi yang  paling laris, katanya" posisi menentukan prestasi ". Padahal jargon yang pas seharusnya "Belajar menentukan prestasi ".
Fakta ini yang sebenarnya memicu anggapan  bahwa lulusan sarjana belum tentu memiliki masa depan yang menjanjikan. Mereka tak punya kepercayaan diri yang mumpuni karena efek dari kebiasaan buruk menyontek. Menyontek menjadikan seseorang tak yakin dengan jawabannya sendiri meskipun bisa jadi jawabannya justru yang benar. Ini benar-benar fenomena yang memprihatinkan. Sebenarnya pihak universitas telah memberikan sanksi keras terhadap mahasiswa yang melakukan pelanggaran saat ujian, tapi kiranya itu belum cukup memberikan rasa jera kepada mereka. Ada dan tiadanya pengawas ujian serasa tak berarti apa-apa, memang terkadang ada pengawas yang sangat idealis sehingga memperhatikan tiap gerak-gerik mahasiswa tetapi banyak juga pengawas yang masuk kelas sebagai pengawas ujian sekedar sebagai formalitas ujian karena ia berpikir bahwa “ Biarkan sajalah, saya kan juga pernah muda “. Ini yang nampaknya menjadi penyemangat bagi mahasiswa penyontek.
Tidak seharusnya kita sebagai mahasiswa masih memiliki moral ciut seperti itu . Menyontek bukan segalanya, menyontek tidak bisa dibiarkan menjadi candu lagipula apalah arti mendapatkan nilai bagus dan IP tinggi namun dari hasil menyontek. Belajar dengan tekun disertai doa akan menjadi kekuatan dan modal optimisme yang luar biasa bagi kita untuk mencapai nilai yang maksimal. Jangan takut mendapatkan nilai jelek jika tidak menyontek, toh nantinya kita masih mendapatkan kesempatan untuk memperbaikinya kan? Hasil dari usaha sendiri akan membuat kita merasa percaya diri dan selalu mengevaluasi kelemahan, mungkin dari segi belajar yang kurang maksimal atau belum memahami materi kuliah sepenuhnya. Ingat kawan, kita adalah generasi penerus bangsa yang sangat dinanti kontribusinya demi perbaikan negeri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H