PKL alias Praktek Kerja Lapangan merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswi semester VII namun biasanya diambil disemester V seperti yang saya jalankan saat ini. Di universitas saya memang mewajibkan mahasiswanya yang berada di fakultas tertentu, sebagai contoh saya yang berada di Fakultas Sains dan Teknologi menjadi salah satu korbannya. Tiap mahasiswa harus PKL di suatu instansi tertentu dengan format 1 kelompok 2 orang. Setelah berhari-hari bergelut dengan proposal PKL, akhirnya saya dan teman saya 1 kelompok diterima PKL di BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Jawa Timur sebulan mendatang. Sebenarnya pada awalnya saya selalu bertanya-tanya apa sih pentingnya PKL? Ilmu apa yang akan didapat setelah PKL? Apa ini ajang bagi universitas untuk memamerkan kompetensi mahasiswanya?Apalagi PKL mau tidak mau harus dilakukan ketika liburan semester sehingga liburan semester ini adalah liburan pertama saya harus berada jauh dari pelukan ibu tercinta. Saya tidak pernah meyangka ketika memasuki hari pertama masuk PKL seketika itulah saya menemukan jawaban dari semua teka-teki saya tadi. Excellence! Itu jawabannya. Iya,universitas yang memiliki slogan Excellence with Morality itu memang ingin menunjukkan bahwa ia universitas yang patut disegani dengan slogannya yang begitu mulia tersebut. Kita harus menjaga nama baik almamater universitas sekaligus instansi tempat PKL semisal berpakaian sopan,bertutur kata santun dan mengikuti semua tata tertib yang ada sehingga hari-hari pertama PKL terasa begitu lama. Kalau bahasa lebay nya sih sehari terasa setahun. Bagaimana tidak? Jam kuliah dengan jam kerja benar-benar 180 derajat berbeda. Kalau kuliah biasanya berangkat jam tujuh pagi pulang jam setengah tiga sore saja badan sudah menjerit pusing, pegal dan kawan-kawan. Nah sewaktu PKL ini tiap hari malah harus masuk jam tujuh pagi pulang jam empat sore. Belum lagi kalau hari jum’at masuknya jam 7 karena ada rutinitas senam dan pulang jam setengah lima sore. Sungguh teramat berbeda. Namun dibalik keluhan itu semua ternyata kegiatan PKL benar-benar membuka mata saya bahwa lulusan perguruan tinggi tidak menjamin seseorang mendapatkan kedudukan yang tinggi. Seorang mahasiswa harus memiliki jiwa yang visioner dan out the box untuk menjadi orang yang sukses di masa depan. Saya masih ingat ketika pertemuan saya dengan Kabid (Kepala Bidang) Statistika Sosial BPS Jatim beberapa waktu lalu. Pesan beliau yang masih menancap diotak saya sampai detik ini bahkan mungkin setelah saya lulus adalah bahwa laporan PKL yang akan saya susun harus luar biasa, bukan sekedar laporan PKL apa adanya yang anak SMK pun mungkin bisa membuatnya sehingga laporan PKL saya ada ruhnya alias tidak asal-asalan. Dalam PKL ini saya dilatih menjadi manusia yang bersosial dengan siapa saja, baik dengan rekan sesama PKL, pegawai, atapun satpam sekalipun. Kita harus beriskap baik  dengan siapa saja karena kita dengan mereka saling memiliki ketergantungan satu sama lain yakni saling membutuhkan. Dalam dunia kerja usia bukan suatu hal yang menjadi patokan untuk siapa harus menghormati siapa. Dengan kata lain, kita harus bekerja secara profesional tanpa ada doktrin yang muda harus menghormati yang tua. Ada kalanya yang menjadi atasan justru memiliki usia yang lebih muda daripada staff nya sehingga sebagai seorang staff yang berbudi baik harus menunjukkan sopan santun terhadap atasannya bahkan terhadap tukang bersih-bersih sekalipun. Inti dari bekerja ialah tidak boleh semata-mata hanya mengejar iming-iming upah yang tinggi serta jabatan yang berkelas tetapi bekerja harus diniati dengan sepenuh hati bahwa kerja ini juga ibadah. Ibadah yang akan dipertanggungjawabkan kelak dihadapan Allah SWT sesuai apa yang kita kerjakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H