Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia. Hal ini mungkin bukan suatu hal yang baru di telinga kita. Fakta bahwa Islam merupakan agama mayoritas dapat kita lihat dengan keberadaan masjid maupun mushola yang sangat banyak. Tentu, jika umat Islam di Indonesia tidak sebanyak itu atau merupakan agama minoritas, kemungkinan besar masjid dan/atau mushola tidak akan sebanyak yang kita lihat sekarang, seperti keberadaan masjid maupun mushola di negara yang minoritas muslim, di Eropa contohnya. Kita juga dapat mempertahankan fakta ini dari data yang dikeluarkan oleh situs web kemenag.go.id, yang menyatakan bahwa penduduk muslim di Indonesia mencapai 229,62 juta jiwa atau sekitar 87,2% dari total penduduk Indonesia. Walau data ini merupakan data yang dirilis pada tahun 2020 lalu tetapi, nampaknya empat tahun setelah data tersebut dirilis pun jumlahnya tidak jauh berbeda. Dilansir dari situs web rri.co.id, penduduk muslim di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 236 juta jiwa. Perbedaan yang tidak terlalu signifikan.
Memang, keberadaan Islam di Indonesia sendiri bukan merupakan hal yang baru, maka tidak heran jika penganutnya begitu banyak. Ada banyak teori yang menyebutkan kapan dan dari mana Islam datang ke Indonesia. Salah satu yang paling banyak diketahui yaitu Islam berasal dari Gujarat. Hal ini dibuktikan dengan adanya makam Fatimah binti Maimun yang berada di Aceh. Nampaknya kita sudah sering mendengar atau membaca bagaimana Agama Islam disebarkan di daerah-daerah seperti Sumatera atau bahkan Jawa, yang seperti kita ketahui terdapat peranan Wali Songo di dalamnya.
Namun nampaknya jarang terpikirkan oleh kita, bagaimana ajaran Nabi Muhammad ini dapat hadir di tengah-tengah daerah yang kini umat Islam-nya menjadi minoritas. Sebut saja daerah Indonesia bagian Timur. Walaupun pada saat ini persentase umat Islam yang ada di Indonesia Timur tidak lebih banyak jika dibandingkan dengan daerah lainnya, seperti Indonesia bagian Barat atau lebih spesifik lagi Sumatera atau Jawa tetapi, pada zaman dahulu daerah Indonesia bagian Timur ini pernah terdapat banyak kesultanan Islam. Maluku contohnya, di sana pernah ada dua kesultanan Islam besar yaitu Ternate dan Tidore. Lantas bagaimana Islam bisa masuk ke daerah yang dijuluki pulau rempah-rempah ini?
Layaknya kedatangan Islam di Indonesia, kedatangan Islam di kepulauan rempah ini juga masih simpang siur. Ada pendapat atau tradisi lisan yang menyebutkan bahwa Islam hadir di Maluku akibat kedatangan empat orang syekh dari Persia yang kabur akibat adanya kekacauan politik pada masa itu. Namun, belum ada bukti yang valid untuk dapat membuktikan kebenaran dari pendapat tersebut. Pendapat yang sering dikemukakan oleh para ahli mengenai bagaimana masuknya Islam di Maluku yaitu pendapat yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Maluku melalui perdagangan. Disebutkan bahwa masyarakat lokal Maluku pada saat itu telah banyak berinteraksi dengan bangsa-bangsa asing untuk melakukan perdagangan. Sejak sebelum kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia, Maluku sudah menjadi daerah penghasil rempah-rempah. Maka tidak heran jika banyak bangsa asing yang sudah berdagang dengan masyarakat Maluku pada masa itu. Salah satu bangsa asing yang melakukan perdagangan dengan masyarakat Maluku pada masa itu adalah bangsa Arab. Salah satu hal yang membuktikan pendapat ini yaitu sebelum kedatangan bangsa Eropa, tulisan yang ada di Maluku pada masa itu menggunakan huruf hijaiyah atau huruf Arab. Huruf ini digunakan baik dalam hikayat, maupun dalam transaksi perdagangan. Contohnya dalam Hikayat Tanah Hitu.
Masuknya Islam ke Maluku sendiri disebut terbagi ke dalam tiga periode yaitu: Periode pertama, yaitu periode awal ketika orang Arab mulai melakukan perdagangan dengan masyarakat Maluku. Periode ini terjadi sekitar abad ke-7 Masehi. Selanjutnya, yaitu periode pertengahan. Periode ini muncul atau ditandai dengan digunakannya nama-nama Arab oleh masyarakat lokal Maluku. Periode ini disebut terjadi pada abad ke-11 Masehi. Terakhir, periode penerimaan. Sesuai Namanya, periode ini adalah periode ketika masyarakat atau bahkan bangsawan di Maluku sudah menerima Islam. Periode ini dimulai pada akhir abad ke-15 Masehi lebih tepatnya sekitar tahun 1495, yang ditandai dengan Sultan Zainal Abidin yang mulai mempelajari Islam ke Jawa.
Kemudian ada lagi yang menyebutkan bahwa Islam dibawa oleh pedagang Banda yang melakukan perdagangan ke Malaka. Pedagang dari Malaka ini menerima Islam di Malaka, kemudian kembali dan menyebarkan Islam kepada masyarakat Banda.
Â
Â
Â
Referensi
Â
Al Munawwarah, R. (2023). Sejarah Pendidikan Islam di Maluku pada Masa Awal Serta Perkembangannya. Vifada, 29-36.
Fadhly, M., & Warwefubun, J. (2019). Islamisasi dan Arkeologi Islam di Susupu Jailolo. Intizar, 1-8.
Handoko, W. (2013). PERNIAGAAN DAN ISLAMISASI DI WILAYAH MALUKU. KALPATARU, 1-60.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI