Mohon tunggu...
Eliza Anugraheni
Eliza Anugraheni Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Alam adalah kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

[Kearifan Lokal] Antara Pranata Mangsa dan Pertanian Berkelanjutan

17 Juli 2023   03:35 Diperbarui: 17 Juli 2023   06:19 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 http://timesbanyuwangi.com/pranatamangsa

Pertanian merupakan hal yang sudah lama dikenal yaitu sejak zaman manusia purba. Pada zaman dahulu kegiatan bercocok tanam atau pertanian sangat bergantung pada alam. Sistem yang digunakan adalah pertanian organik, dengan menggunakan bahan-bahan yang bersumber dari alam. Seiring perkembangan zaman, pertanian telah mengalami banyak perubahan dengan meninggalkan sejarah atau kearifan lokal dari para leluhur. Salah satu kearifan lokal yang masih sering digunakan yaitu pranata mangsa.

Apa itu pranata mangsa?

Pranata mangsa merupakan salah satu kearifan lokal dari masyarakat jawa yang digunakan dalam bidang pertanian. Pranata mangsa berasal dari kata pranata yang artinya aturan dan mangsa yang artinya masa atau musim. Dalam versi ilmu pengetahuan, pranata mangsa diwariskan oleh para petani secara oral atau dari mulut ke mulut. Bentuk formal pranata mangsa sudah dikenalkan pada masa Sunan Pakubuwana VII Raja Surakarta dan mulai dipakai sejak tahun 1856 (4).  

Berdasarkan pengalaman dan naluri dari para leluhur di masa lalu, pranata mangsa digunakan sebagai patokan dalam kegiatan bercocok tanam. Dengan istilah lain, pranata mangsa yaitu sebuah kalender tanam yang memberikan informasi tentang perkiraan perubahan musim yang terjadi setiap tahunnya. Tujuannya yaitu untuk mengurangi resiko kegagalan panen, karena kegiatan pertanian yang akan dilakukan berdasar dengan mengikuti gejala atau tanda-tanda dari alam. Pranata mangsa bagi petani digunakan untuk menentukan awal musim tanam. Penentuan musim tanam ini berdasarkan ilmu astronomi.

Mengenal 12 mangsa

Pranata mangsa berkaitan dengan ilmu astronomi yaitu hubungannya dengan rasi bintang. Pada setiap mangsa memiliki bintang yang menjadi pedoman berawal dan berakhirnya suatu mangsa. Untuk menentukannya perlu pengamatan rasi bintang secara periodik. Dalam satu tahun pranata mangsa dibagi menjadi 12 mangsa, yaitu mangsa Kasa, Karo, Katelu, Kapat, Kalimo, Kanem, Kapitu, Kawolu, Kasanga, Kesepuluh, Dhesta, dan Saddha (3). 

Pranata mangsa dalam setahun ada 12 mangsa kemudian dibagi menjadi 4 mangsa utama. Keempat mangsa tersebut yaitu mangsa terang (82 hari), mangsa semplah (99 hari), mangsa udan (86 hari), dan mangsa pengarep-arep (98 hari). Simetris dengan pembagian mangsa tersebut, ada juga pembagian mangsa lainnya. Mangsa ini terdiri dari 4 mangsa yaitu mansa Katigo (88 hari), mangsa Labuh (95 hari), mangsa Rendheng (94 hari), dan mangsa Mareng (88 hari) (2).

Mangsa Kasa (22 Juni-1 Agustus) ditandai oleh daun-daun gugur. Mangsa Karo (2 Agustus - 24 Agustus) yang ditandai dengan perubahan suhu yaitu siang yang panas dan malam yang dingin. Mangsa Katigo (25 Agustus-17 September) sumur mulai mengering. Mangsa Kapat (18 September - 12 Oktober) berakhirnya kemarau atau pancaroba. Mangsa Kalimo (13 Oktober - 8 November) ditandai mulai turun hujan. Mangsa Kanem (9 November - 21 Desember) aktivitas petani tercurah penuh untuk budidaya (1).

Mangsa Kapitu (22 Desember - 2 Februari) banyak terjadi hujan dan curah hujan tinggi. Mangsa Kawolu (3 Februari - 28/29 Februari) hama mulai muncul. Mangsa Kasongo (1 Maret - 25 Maret) tanaman mulai terserang hama. Mangsa (Kasepuluh 26 Maret - 18 Maret) ditandai padi mulai menua. Mangsa Dhesta (19 April - 11 Lumbung) mulai panen padi, dan mangsa Saddha (12 Mei - 21 Juni) mulai kemarau (5). Setiap mangsa memiliki arti yang dapat menjadi simbol bagi petani dalam kegiatan di lahan.

Hubungan Antara Pranata Mangsa dengan Pertanian Berkelanjutan

Berdasarkan hasil pemahaman beberapa petani, pranata mangsa tidak hanya sebagai tradisi turun temurun dari para leluhur. Pranata mangsa memiliki tujuan dan maksud yang tertentu. Selain sebagai kearifan lokal, pranata mangsa memiliki tujuan yaitu sebagai penentu waktu tanam, memprediksi serangan hama penyakit, dan memprediksi siklus cuaca. Sehingga dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Dalam proses budidaya perlu penentuan musim tanam yang sesuai. Suatu komoditas memiliki waktu tanam yang berbeda, sehingga perkiraan dari mulai tanam hingga panen sangat diperlukan. Musim tanam dapat dilihat dari siklus cuaca yang terjadi setiap tahunnya. Dalam proses budidaya, memungkinkan terjadinya serangan hama dan penyakit. Dengan kalender pranata mangsa dapat diperkirakan akan terjadinya serangan hama dan penyakit kemudian dapat terencana proses antisipasinya. 

Pertanian berkelanjutan merupakan sistem pertanian yang memperhatikan keberlangsungan lingkungan dan pangan. Dalam pertanian berkelanjutan terdapat tiga pilar yaitu sosial (manusia), ekologi (lingkungan), dan ekonomi. Dari sisi sosial, para petani masih menggunakan pranata mangsa sebagai pedoman dalam budidaya. Proses budidaya dapat direncanakan dari awal tanam hingga masa panen.

Untuk dampak ekologinya, penggunaan pranata mangsa dapat mengantisipasi terjadinya hama penyakit sehingga dapat menekan penggunaan pestisida. Hal tersebut dapat dilihat dari siklus cuaca yang memperlihatkan mangsa hama penyakit mulai menyerang. Sedangkan dari sisi ekonomi, dengan penggunaan kalender pranata mangsa dapat meminimalisir kegagalan panen. Budidaya sudah terencana dan kemungkinan yang akan terjadi dalam budidaya nantinya dapat diantisipasi.

Dengan demikian, pranata mangsa dapat mendukung dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan dalam menjaga keberlangsungan lingkungan dan keberlangsungan pangan. Proses yang terencanakan akan meminimalisir terjadinya kegagalan panen, sehingga ketersediaan pangan tidak berkurang. 

Salam Lestari

Daftar Pustaka

Ariffin. 2019. Metode Klasifikasi Iklim di Indonesia. Universitas Brawijaya Press, Malang.

Budaya, Bentara. 2011. Seri Lawasan: Pranata Mangsa. Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta.

Handayani, R. D., Prasetyo, Z. K., & Wilujeng, I. 2018. Pranata Mangsa dalam Tinjauan Sains. Calina Media, Ponorogo.

Indradewa, Didik. 2021. Etnoagronomi Indonesia. Penerbit Andi, Sleman.

Riantika, R. F. P & Hastiti. 2019. Kajian Kearifan Lokal dalam Perspektif Geografi Manusia. Geomedia, 17(1): 1-9.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun