Mohon tunggu...
El Legowo
El Legowo Mohon Tunggu... profesional -

“Do not go where the path may lead; go instead where there is no path and leave a trail.” RW Emerson

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Situs Indonesia Travel Sudah Memadai, Tapi ...

18 Januari 2014   02:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:43 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Situs Indonesia Travel menurut saya sudah memadai isinya. Hanya perlu beberapa penataan kembali struktur isi serta strategi desain komunikasi visualnya. Ini perlu untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang heterogen dan dinamis. Dengan demikian setelah mengunjungi situs ini, calon wisatawan menjadi paham dan mantap memutuskan untuk berkunjung ke Indonesia. Meski demikian perlu kita pahami bahwa keputusan untuk berkunjung ke suatu destinasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Situs online suatu destinasi seperti Indonesia Travel hanya salah satu referensi saja.

Sebagai salah satu alat promosi pariwisata, saya berharap situs Indonesia Travel akan menjadi;

  1. Etalase keramahan Indonesia, yang mudah diakses khalayak internasional, khususnya pasar wisatawan dunia yang sedang bertumbuh seperti; China, Russia, dan negara-negara Timur Tengah. Khusus untuk wisatawan Timur Tengah, kita mempunyai potensi besar menarik mereka melalui tema wisata halal.
  2. Acuan calon wisatawan mancanegara tentang situasi dan kondisi aktual dari beragam destinasi wisata Indonesia. Utamanya untuk mereka dari negara-negara penyumbang wisatawan terbesar ke Indonesia, yaitu; Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Australia dan negara-negara Asia.
  3. Acuan calon wisatawan domestik untuk lebih mengenal dan selanjutnya mengeksplorasi daya tarik dan destinasi wisata nasional. Sekaligus menyadarkan bahwa Indonesia kaya. Lebih lanjut hal ini bermuara pada kebanggaan sebagai warga negara.
  4. Menjadi simpul informasi yang dapat diandalkan tentang pembangunan kepariwisataan di Indonesia. Dengan misi ini saya berharap situs ini nantinya memuat berbagai inisiatif masyarakat, swasta maupun pemerintah, atau kemitraan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Termasuk dalam hal ini juga implementasi konsep green tourism pada pembangunan pariwisata. Harapannya kita akan mendapat apresiasi dalam pengelolaan pariwisata yang bertanggungjawab (responsible tourism) dari masyarakat internasional.

Mungkin harapan di atas terlalu muluk. Saya yakin apabila masukan-masukan berikut diimplementasikan, harapan di atas bakal terwujud.

Setelah beberapa kali mengunjungi situs Indonesia Travel, saya merasa tidak nyaman terkait hal-hal teknis berikut ini:

  1. Terlalu berlebihan informasi yang ditampilkan pada halaman utama.
  2. Lambat ketika diakses, baik melalui desktop PC maupun smartphone & tab.
  3. Tidak nyaman diakses dengan perangkat smartphone.
  4. Informasi kurang update.

Masukan saya untuk perbaikan pada sisi teknis:

  1. Pada halaman utama, cukup foto-foto destinasi utama yang tampil dominan serta tombol-tombol navigasi ke informasi dasar yang penting. Dengan begitu diharapkan selain lebih cepat diakses, kita fokus pada destinasi-destinasi utama saja. Penampilan sebegitu banyak album foto destinasi secara acak sebagai teaser atau pembujuk di halaman utama terkesan seolah pedagang retail yang memajang semua dagangan karena tidak laku. Mengapa hanya destinasi utama yang ditampilkan dominan di halaman utama? Bali, Borobudur, Yogyakarta, Danau Toba, Komodo, Radja Ampat, Bunaken, Toraja. Ini bukan perkara like & dislike, tapi dagangan itulah yang menjadi daya tarik andalan Indonesia. Memang barangkali akan muncul pertanyaan, bagaimana dengan destinasi lain yang juga sedang dikembangkan maupun direvitalisasi oleh pemerintah? Strategi yang dipilih adalah, kita fokus dengan dagangan utama. Apabila semua destinasi dipaksakan bersama, kita akan kehabisan energi, namun hasilnya tidak ada satu destinasipun yang berkualitas. Tentu saja destinasi lain yang belum berkembang tetap ditampilkan, namun dalam porsi yang minor pada display. Barangkali untuk menunjukkan level perkembangan destinasi, label Popular Destination, Emerging Destination, dan  Promising Destination dapat digunakan.
  2. Navigasi situs dibuat tidak rumit. Empat tab di bawah logo Wonderful Indonesia itu penting namun penempatannya mengganggu kenyamanan pengguna, mungkin bisa dipindah dengan menempatkannya berjajar pada satu baris di atas judul Headline News atau Events. Kemudahan orientasi kita dalam mengeksplor jauh ke dalam konten situs, saya kira sudah bagus. Kita tidak akan tersesat dan mudah untuk kembali ke halaman-halaman sebelumnya.
  3. Logo Wonderful Indonesia berbentuk lingkaran di sudut kiri atas, digeser ke kanan sehingga tidak terpotong. Huruf pada teks Indonesia’s Official Tourism Website sebaiknya diganti dengan jenis serif yang lebih simpel, bukan dari jenis handdrawn.
  4. Selain daftar provinsi, peta Indonesia yang ada pada laman Destinasi semestinya dibuat interaktif, sehingga wisatawan mancanegara dapat mengenali nama wilayah/ destinasi beserta daftar pendek atraksinya, hanya dengan mengarahkan mouse ke gambar peta. Dapat juga peta ini di-link ke tombol Mapyang menurut saya sudah sangat memadai.
  5. Situs Indonesia Travel dibuat semakin ramah perangkat portable non PC, yaitu smartphone dan tab. Meski dari sisi navigasi, situs versi mobile sudah memadai, saya usulagar teaser destinasi dikurangi dan ditampilkan destinasi unggulan saja. Destinasi lain non unggulan, masuk ke dalam tombol Destinasi. Saya mengakses situs mobile Indonesia Travel dengan tab 7 inch. Dengan tab yang sama saya mengakses situs www.incredibleindia.org versi mobile, m.yoursingapore.com, serta www.lonelyplanet.com dan m.roughguides.com. Jika dibandingkan, situs kita paling lambat.Bagaimanapun ke depan perangkat mobile berupa smartphone/tab semakin diandalkan untuk riset dalam perencanaan perjalanan. Apalagi munculnya generasi Millenials yang mendapat predikat digital native yang kehidupannya senantiasa online. Industri pariwisata global saat inisedanghangat memperbincangan mengenai masa depan travel & tourism yang tidak terlepas dari dominasi generasi yang sangat tergantung pada gadget dengan intensitas online tinggi ini. Rilis terbaru dari buuteeq.com menyatakan bahwa terkait dengan hotel, generasi ini menuntut integrasi situs desktop dan mobile. Integrasi ke media sosial khususnya facebook dan twitter juga menjadi tuntutan. Generasi millenials ini tidak segan untuk memilih booking pada perusahaan lain apabila ketika mencek sebuah situs tidak responsif dan akses terlalu lambat.
  6. Informasi hendaknya selalu update. Apa yang kita rasakan ketika mengakses sebuah situs, kemudian menemukan informasi yang sudah kadaluwarsa atau itu-itu saja? Saya kira semua setuju jika kemudian kita merasa jengah, mati rasa dan menganggap semua informasi di sana tidak ada yang ngurus. Dengan demikian di Indonesia Travel semua informasi events maupun destinasi yang perkembangannya dinamis, harus mutakhir. Sedikit contoh yang saya temukan, Destinasi Kalimantan Utara belum ada, di Destinasi Yogyakarta, eksplorasi potensi desa wisata/rural tourism, wisata kota/urban tourism & night life tidak diangkat. Informasi transport, misalnya rute sarana transportasi lokal yang relatif baik, seperti Trans Jakarta, Trans Jogja, sebaiknya dimasukkan dalam situs. Meningkatnya kesadaran bersepeda sebagai alat transport bersih di Indonesia perlu dimasukkan. Informasi mengenai bike sharing di beberapa kota perlu dicantumkan. Ketersediaan sepeda pada destinasi-destinasi utama, saya kira juga perlu diangkat. Daftar akomodasi yang belum lengkap di tiap-tiap destinasi, perlu diupdate. Jangan lupa, sekarang ini jenis akomodasi non konvensional mulai marak di beberapa destinasi di Indonesia, misal rumah tinggal penduduk, petani/nelayan yang disewakan untuk wisatawan. Perkembangan kehidupan sosial lokal saya kira juga perlu mendapat tempat yang memadai. Misalnya, aktivitas apa yang sedang marak di kalangan pemuda di Jakarta, atau kuliner apa yang sedang menjamur Yogyakarta, plus ulasan secukupnya.

Saya merasa ada yang kurang dari sisi substansi, yaitu:

  1. Saya tidak menemukan adanya komunikasi dua arah antara pengelola dengan pengunjung situs, baik yang memberi kritik maupun memuji. Meskipun situs ini bukan sebuah blog, namun ruang untuk komunikasi antara pengelola dan pengunjung perlu ditampilkan. Bukan hanya sekedar testimoni dari pesohor. Dengan demikian “dinamika kehidupan” dari situs akan terasa oleh pengunjung, yang bermuara pada apresiasi pengunjung.
  2. Tidak ada games. Saya kira meski sederhana, sebuah kuis bertema destinasi di Indonesia Travel dapat membantu pengunjung untuk mengeksplor pariwisata Indonesia dengan cara yang menyenangkan. Rewards untuk permainan ini tidak perlu berupa materi. Hanya dengan memajang nama pemenang untuk beberapa waktu di situs itu saja, pengunjung sudah senang.
  3. Kurang sentuhan manusiawinya. Banyak sekali foto-foto cantik destinasi wisata yang menurut saya terasa “kering“ karena elemen manusia absen di sana. Di dalam deskripsi tentang atraksi maupun destinasi, aktivitas keseharian masyarakat juga sangat sedikit ditampilkan. Misalnya, bagaimana warga di sekitar Radja Ampat, Toraja, Pulau Komodo, atau bahkan Yogyakarta mengisi waktu sehari-hari, sangat sedikit informasinya. Bagi wisatawan yang menjunjung tinggi nilai-nilai lokalitas dan mencari sesuatu yang otentik, informasi tersebut sangat berarti.
  4. Keragaman kuliner saya kira perlu lebih dimunculkan di halaman muka. Tentu saja disertai dengan foto-foto yang menggiurkan. Kita tahu bahwa beberapa makanan khas Indonesia, terutama Nasi Goreng dan Rendang disukai khalayak internasional.
  5. Atraksi tematis dengan daya jual tinggi cenderung tenggelam, tidak muncul jelas di situs ini, sehingga pengunjung kerepotan mencarinya. Contoh, jika wisatawan minat khusus mencari informasi tentang temples/percandian dan ring of fire/ volcanoes/ kegunungapian, mereka akan kerepotan melakukan navigasi. Meskipun informasi tersebut ada dalam kategori Activities di sub tema Heritage Sites dan sub tema Hiking, Trekking, and Ecotours.

Masukan saya untuk perbaikan pada sisi substansi:

  1. Komunikasi pengelola dengan pengunjung dapat ditampilkan dengan menyediakan kolom di sebelah kanan bawah yang berisi link percakapan dari akun twitter atau facebook dari Indonesia Travel. Dengan demikian masukan dari pengunjung dapat direspon dengan cepat dan transparan. Perlu dipahami bahwa masukan dari pengunjung tidak semua enak dibaca, diperlukan pendekatan simpatik untuk merespon masukan-masukan yang demikian. Tentu saja aksi tindak lanjut perbaikan di lapangan lebih penting. Ke depan, dengan adanya komunikasi antara pengelola dan pengunjung, dapat meningkatkan apresiasi dan kepercayaan pengunjung bahwa konten situs terus dipelihara dengan bertanggungjawab. Satu hal lagi adalah, perlu menampilkan tautan/links mitra-mitra Kemenparekraf dalam pengembangan destinasi. Saat ini sudah ada link, hanya dua yaitu Garuda Indonesia dan ASEAN Tourism. Akan lebih baik jika ditampilkan tautan ke lembaga pemerintah, swasta, asosiasi lain yang relevan, misalnya Departemen Perhubungan, Kementerian Perdagangan, BKPM, serta maskapai-maskapai penerbangan, ASITA, dan PHRI. Penampilan tautan ini tidak perlu di halaman utama.
  2. Perlu diadakan kuis trivial reguler mengenai pariwisata Indonesia. Tema yang diangkat bisa destinasi, atraksi, kuliner maupun kekhasan lain. Secara teknis, misalnya dengan cara menebak foto icon suatu destinasi atau nama pulau pada peta Indonesia. Kuis dapat juga berupa 10 pertanyaan sederhana tentang pariwisata Indonesia, dijawab dengan mencentang jawaban yang benar di komputer/perangkat mobile. Penghargaan bagi pemenang kuis trivial tidak harus berupa materi, tapi bisa sekedar namanya di-mention di halaman utama situs sekaligus di twitter dan laman facebook dari Indonesia Travel.
  3. Kehadiran elemen manusia pada sebuah foto akan memberikan kesan yang lebih dalam bagi yang melihat. Foto sebuah destinasi yang menawan tanpa orang, kurang memberi informasi tentang skala, aktivitas yang cocok, serta yang paling penting adalah perasaan aman (safe & secure). Situs Indonesia Travel ini sebaiknya menggunakan foto-foto destinasi yang menampilkan adanya orang dalam frame-nya. Elemen orang dalam hal foto ini, bisa wisatawan, penduduk setempat, maupun peragaan oleh model secara luwes dan tidak berlebihan.
  4. Tentang informasi kuliner, saya kira 30 jenis masakan Indonesia yang pernah ditampilkan di ITB Berlin 2013 dan akan ditampilkan lagi di Vakantiebeurs Tourism Fair, Utrecht 2014, perlu ditampilkan secara khusus di situs ini. Saya kira penempatan yang pas untuk informasi kuliner ini di halaman utama bagian bawah. Daftar lengkapnya, mengacu pada  satu artikel di bagian News situs Indonesia Traveladalah sebagai berikut; Nasi Tumpeng, Ayam Panggang Bumbu Rujak Yogyakarta, Gado-Gado Jakarta, Nasi Goreng Kampung, Serabi Bandung, Sarikayo Minangkabau, Es Dawet Ayu Banjarnegara, Urap Sayuran Yogyakarta, Sayur Nangka Kapau, Lunpia Semarang, Nagasari Yogyakarta, Kue Lumpur Jakarta, Soto Ayam Lamongan, Rawon Surabaya, Asinan Jakarta, Sate Ayam Madura, Sate Maranggi Purwakarta, Klappertaart Manado, Tahu Telur Surabaya, Sate Lilit Bali, Rendang Padang, Orak-Arik Buncis Solo, Pindang Patin Palembang, Nasi Liwet Solo, Es Bir Pletok Jakarta, Kolak Pisang Ubi Bandung, Ayam Goreng Lengkuas Bandung, Laksa Bogor, Kunyit Asam Solo, dan Asam Padeh Tongkol Padang.
  5. Indonesia dikenalsebagai wilayah Ring of Fire/ Volcanoes/ Gunung Api, Tropical Rainforest, yang juga kaya dengan temples/percandian, peninggalan Belanda/ tema nostalgia. Peninggalan Belanda contohnya seperti perkebunan, lengkap dengan fasilitas akomodasi, pabrik pengolahan hasil perkebunan, kereta api uap tua,serta romantic places. Tidak ketinggalan, sebagai negeri dengan banyak warga muslim, kita mempunyai potensi halal tourism. Saya kira daya tarik di atas perlu diangkat secara khusus (hilighted), bisadi dalam kategori Activities, bisa juga dalam kategori Discover Indonesia. Mungkin tema yang cocok adalah Classic Indonesia.
  6. Sebagai tambahan, environment awareness dalamkonteks pariwisata di Indonesia itu penting. Situs Indonesia Travelperlu menampilkan sedikit ulasan mengenai langkah-langkah pemerintah dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development). Ini perlu sebagai kampanye bahwa kita melakukan pengelolaan destinasi pariwisata secara bertanggungjawab. Mengajak calon wisatawan untuk bersama-sama mendukung langkah tersebut.
  7. Apabila ada pertanyaan seperti apa seharusnya tampilan dari situs Indonesia Travel pada tahun 2014? Jawabnya adalah, seperti halaman utama yang versi Bahasa Mandarin (http://cn.indonesia.travel/) yang mengangkat destinasi unggulan, serta versi Bahasa Jepang (http://www.visitindonesia.jp/) dengan foto orang yang impresif. Ringkasnya, usul saya untuk halaman utama Indonesia Travel, rubahlah layout dan nuansa yang ada saat ini, disesuaikan dengan desain situs yang berbahasa Mandarin dan Jepang, dari situs ini juga. Tidak susah bukan?

Foto Atraksi Bawah Laut yang Mengesankan

13899842991914132665
13899842991914132665
Foto-foto Destinasi Unggulan yang Mengesankan
1389984615979874923
1389984615979874923
Foto-foto Destinasi & Atraksi Unggulan yang Mengesankan
1389984853123420545
1389984853123420545
Peta Wilayah Beserta Sebaran Destinasi Wisata
13899851121786272329
13899851121786272329
Foto-foto yang Mengesankan dari Wajah-wajah Khas Indonesia

Di bagian akhir perlu saya sampaikan bahwa ada temuan menarik dari survei tentang situs DMO semacam Indonesia Travel ini. Sebuah survei yang dilakukan Expedia Media Solution menemukan bahwasebelum menentukan booking sebuah paket wisata, calon wisatawan mengunjungi paling tidak 38 situs. Baik situs agen perjalanan online/OTA maupun situs DMO. Ulasan survei tersebut dimuat di travelpulse.com, 26 Agustus 2013. Survey lain oleh World Travel Market London mengidentifikasi bahwa di Inggeris situs DMO hanya mendapat porsi 14%, sama dengan  buku panduan cetakan/printed guidebook sebagai acuan perencanaan perjalanan. Di atasnya yang lebih dijadikan acuan adalah situs review seperti TripAdvisor 27%, serta rekomendasi dari orang lain 18%. Majalah khusus serta artikel perjalanan di koran mendapat porsi 5 %. Blog perjalanan, travel app, serta media sosial hanya mendapat porsi 3%. Sisa 8 % dari sumber lainnya. Ulasan survei tersebut dimuat di skift.com 4 November 2013. Sebagai catatan, DMO awalnya adalah Destination Marketing Organization, yaitu lembaga yang bertanggungjawab atas pemasaran suatu destinasi wisata. Konsep ini berkembang terus, sekarang DMO adalah Destination Management Organization atau lembaga yang bertanggungjawab atas pengelolaan destinasi wisata secara menyeluruh.

Sebelum undur diri, saya ingin ingatkan bahwa situs ini juga bermanfaat untuk bekal bergaul bagi kita ketika bersosialisasi dengan orang asing. Betapa malu jika kita bersama orang asing atau di luar negeri, mereka bertanya tentang Indonesia, dan kita tidak tahu banyak. Oleh sebab itu saya kira jika di antara kita ada yang bakal ke luar Indonesia wajib nongkrong di situs Indonesia Travel dulu. Atau, siapa tahu ketika kita sedang menjemput anak di sekolah, ketemu dengan para orang tua lain, kita tidak nyambung dengan obrolan tentang tempat-tempat di Indonesia yang menarik dan pas untuk piknik musim liburan depan …

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun