Pada hari sabtu lalu, tepatnya tanggal 26 Desember 2015. Setelah menyelesaikan jam kerja shift di kantor, saya mengunjungi sebuah restoran seafood di daerah Menteng yang dekat dengan kantor saya. Restoran ini cukup terkenal, dengan jargonnya "Mutu Bintang 5, Harga Kaki 5" yang memiliki cabang di mana-mana. Alasan saya ingin makan di sana karena kangen ingin mencicipi menu Tahu Jepang Saus Padang-nya yang melekat di ingatan saya. Saya masuk ke restoran tersebut dan duduk di salah satu meja kosong, saya mengangkat tangan untuk memanggil waiter, tapi dia malah bilang pesan disana. saya pun beranjak mendekatinya.
Ternyata metode pemesanan di restoran ini tidak dengan daftar menu di meja dan pelayan yang mencatat pesanan, melainkan mengambil kartu bergambar menu yang tersedia di salah satu dinding. Beragam gambar menu yang menggugah selera tampak menggiurkan dipajang di dinding tersebut, saya mengambil waktu lama untuk memilih-milih menu. Karena saya harus memikirkan juga budget. Saya tak mungkin menghamburkan uang ratusan ribu hanya untuk sekali makan, apalagi saat itu saya hanya makan sendirian. Kalau beramai-ramai, bolehlah pesan menu yang agak mahal, toh bayarnya patungan, dan dimakan bersama. Sayapun memutuskan untuk memesan nasi goreng seafood, Kangkung Balacan dan Tahu Jepang Saus Padang.
Setelah memberikan kartu menu, saya duduk di meja nomor 22 (Pas banget dengan tanggal lahir saya, kebetulan.hehe). Saya menunggu pesanan datang dengan membaca novel terbaru saya. Tak berapa lama kemudian pesanan saya pun datang. Nasi Goreng Seafood, Kangkung Balacan, Tahu Jepang Saus Padang, juga tambahan nasi putih satu mangkuh, sambal mangga dan sambal terasi. Serta Es teh manis dan teh tawar panas.
[caption caption="Nasi Goreng Seafood dan Kangkung Balacan"][/caption]
[caption caption="Tahu Jepang Saus Padang"]
Saat saya sedang asyik menikmati hidangan, beberapa ekor lalat beterbangan di dekat meja saya. Saya berusaha mengusirnya dengan tangan. Namun lalat- itu dengan bandelnya terus berusaha mendekati makanan saya hingga berhasil hinggap di Kangkung Balacan yang sedang saya nikmati. Sayapun segera mengusir lalat tersebut pergi. Dan kembali meneruskan menyantap makanan. Dalam hati terbersit rasa heran, restoran di lantai dua kok bisa ada lalat masuk? kan aneh sekali.
Selesai makan, Saya meminta pelayan untuk membungkus makanan yang tersisa. Saya berpikir untuk menaruhnya di rice sooker agar tetap hangat dan tidak basi, supaya bisa dimakan besok pagi. Semangkuk nasi putih yang tak tersentuh, juga kangkung dan tahu segera dibungkus. Sayang sekali sambal mangga dan sambal terasinya tidak ikut dibungkus. Setelah bungkusan makanan yang saya minta diberikan, Baru kemudian saya beranjak ke kasir untuk membayar.
Singkat cerita keesokan harinya saya menyantap makanan dari restoran tersebut yang saya simpan di dalam rice cooker semalaman. Rasanya memang tak seenak ketika saya menyantapnya di restoran, ada gradasi rasa karena penyimpanan dii rice cooker. Tapi tak masalah bagi saya, karena saya sudah sering menghangatkan makanan sisa di rice cooker semalaman untuk kemudian disantap keesokan harinya.
Sepanjang hari itu, saya belum merasakan perubahan apapun, hanya menyadari bahwa saya tidak BAB selancar hari-hari biasanya. Dan feses saya pun encer sekali. Sampai di situ saya tidak terlalu menganggapnya serius, mungkin hanya masuk angin biasa. Akan tetapi, ketika esok harinya saya terbangun dengan rasa mulas yang luar biasa, dan perut sakit seperti diremas-remas saat mengeluarkan feses yang berbentuk cairan. Saya tahu ada yang salah dengan pencernaan saya.
Sepanjang pagi di hari senin itu, saya bolak balik WC setiap setengah jam sekali, hanya untuk mengeluarkan feses encer. Jika tidak sedang di WC, saya hanya mampu berbaring di kasur memegangi perut yang rasanya seperti sedang diperas isinya. Akhirnya saya pun minta ijin untuk tidak masuk kantor hari itu. Karena saya tidak sanggup jika harus bolak balik ke WC saat sedang bekerja, akan sangat menyusahkan karena toilet di kantor jumlahnya terbatas dan seringkali harus antri dengan karyawan lain. Di kosan saja yang kamar mandinya sebelahan dengan tempat tidur saya masih kewalahan, apalagi di kantor.
Sambil menahan sakit di perut yang tak kunjung reda, saya merunut kejadiaan mencari penyebab mengapa saya bisa kena masalah pencernaan seperti ini. Sudah bertahun-tahun saya tidak kena mencret seperti ini. Sampai kemudian saya ingat bahwa dua hari sebelumnya saat makan di restoran ada lalat yang hinggap di makanan saya. Kecurigaan saya yang terbesar tentu saja pada lalat itu, lalat suka hinggap di tempat yang kotor, membawa virus dan kuman yang tak bagus buat pencernaan. Dan Lalat itu hinggap di makanan yang masuk ke perut saya, hingga membuat pencernaan saya bermasalah.
Mengapa saya menyalahkan kondisi sakit saya kepada lalat kecil tersebut? tentu saja karena sudah bertahun-tahun saya gak pernah mencret, dan saya seringkali makan di pinggir jalan, namun tak pernah dihinggapi lalat dan tak pernah mengalami mencret yang sampai membuat perut kram. Saya pun mengembangkan perasaan tak suka pada restoran yang tak mampu menjaga kebersihan tempat makannya hingga lalat bebas berkeliaran masuk dan meracuni makanan saya. Saya jadi bolos kerja gara-gara sakit perut dan mencret-mencret.
Makanan yang disajikan memang lezat, tapi kalau harus dibayar dengan sakit seharian dan mengganggui aktifitas tentu saya Jadi kapok makan disitu. Untung saja keadaan tersebut tak berlangsung lama. Hanya sehari. Setelah saya hantam dengan satu liter jus jambu merah, kondisi perut berangsur membaik, meski masih mencret-mencret dikit.
Pagi ini saya bisa bangun dan melaksanakan ritual mengunjungi WC dengan normal dan bisa kembali masuk kerja. Kejadian ini tentu membuat saya lebih berhati-hati dalam memilih tempat makan, dan menghindari restoran yang tak mampu menghalau lalat kecil. Sehat itu mahal harganya, gak boleh lagi makan sembarangan. Apalagi saya tinggal sendirian, jika sakit tak ada yang bisa diandalkan kecuali diri saya sendiri.
Â
foto: Dokumen Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H