Mohon tunggu...
Fitriyani
Fitriyani Mohon Tunggu... Freelancer - Junior Editor at Delilahbooks.com

A woman who loves writing story beyond her imagination.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(ECR 5) Pulangnya Dua Pengembara

19 November 2012   19:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:03 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Fietry membenahi kamera dan perlengkapan liputan yang menemani tugasnya di lapangan hari ini. Dia telah resmi menjadi reporter RangkatTV menjadi asisten Rizal Falih yang kebagian tugas lapangan karena encok Bang Rizal suka kumat kalo terjun meliput di lapangan.

Setelah semua tersimpan rapih, Fietry berpamitan pada bosnya.

"Mas, aku pulang duluan ya. Udah malam nih." Fietry melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul sebelas malam.

"Oke Fiet. Jangan lupa besok kamu harus pergi ke kantor Desa untuk meliput persiapan pemilukada Desa Rangkat dalam menetapkan kades yang baru." Bang Rizal mengingatkan tugas Fietry.

Fietry mengangguk, lalu bergegas pulang. Ia ingin segera merebahkan tubuh penantnya di atas kasur di rumahnya yang sunyi.

Sampai di depan rumahnya, Fietry bingung karena pintunya terbuka lebar. Fietry khawatir ada maling yang masuk ke rumahnya. Fietry mengambil ancang-ancang, menyiapkan kuda-kuda taekwondo yang ia pelajari di Padepokan Rangkat. Ia berjalan pelan memasuki rumahnya dan bersiap dengan segala kemungkinan. Fietry mendengar suara orang yang bercakap-cakap di ruang tengah. Dengan sikap penuh waspada Fietry mendekati sumber suara. Lantas sebuah suara berseru :

"Tuh, Teteh Fietry udah pulang!"

Dua wajah yang tak asing di mata Fietry tersenyum melihatnya. Fietry terpaku, membeku, tak percaya dengan penglihatannya. Kedua tangannya masih terkepal di depan dada dengan sikap kuda-kuda taekwondo.

"Fietry, apa kabar, Nak?" Sosok lelaki tegap berwibawa dengan rambut berhias uban dan garis tegas di wajahnya menandakan pengalaman hidup yang segudang itu menghampiri Fietry, mencium kepala Fietry dengan penuh kasih. Dialah Dian Kelana, yang selama ini tak pernah menetap di Desa. Selalu berkeliling ke mana saja demi mencari hakikat kehidupan.

"A..a..ab...abah!" Tangis Fietry pecah. Dian Kelana segera memeluk putrinya.

"Aku rindu sekali padamu, Abah."Fietry berkata di sela tangisnya.

"Abah juga, Fietry." Dian Kelana mengelus-elus punggung anaknya.

"Teteh, aku juga pulang." sesosok pemuda kurus berambut gondrong menyapa Fietry.

"Bimooo...teteh kangen sekali." Fietry beralih memeluk adik semata wayangnya yang telah lama merantau di Ibukota.

"Udah atuh Teh, jangan peluk terus. Bimo kan udah gede, nanti gak ada yang suka sama Bimo."

Fietry melepas pelukannya dan menyusut airmatanya.

"Kalian pulang untuk berapa lama?"tanya Fietry, mengingat kebiasaan dua lelakinya ini yang tak pernah lama menetap di Desa, lebih suka mengembara ke sana ke mari.

"Kali ini kami pulang untuk selamanya, menemanimu di Desa Rangkat. Abah kangen kopi buatanmu."Dian Kelana tersenyum.

"Benarkah?"Mata Fietry berbinar bahagia. Akhirnya dua pengembara yang telah jauh berkelana kembali pulang ke sisinya. Kini Fietry takkan kesepian lagi di Desa Rangkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun