"Abah juga, Fietry." Dian Kelana mengelus-elus punggung anaknya.
"Teteh, aku juga pulang." sesosok pemuda kurus berambut gondrong menyapa Fietry.
"Bimooo...teteh kangen sekali." Fietry beralih memeluk adik semata wayangnya yang telah lama merantau di Ibukota.
"Udah atuh Teh, jangan peluk terus. Bimo kan udah gede, nanti gak ada yang suka sama Bimo."
Fietry melepas pelukannya dan menyusut airmatanya.
"Kalian pulang untuk berapa lama?"tanya Fietry, mengingat kebiasaan dua lelakinya ini yang tak pernah lama menetap di Desa, lebih suka mengembara ke sana ke mari.
"Kali ini kami pulang untuk selamanya, menemanimu di Desa Rangkat. Abah kangen kopi buatanmu."Dian Kelana tersenyum.
"Benarkah?"Mata Fietry berbinar bahagia. Akhirnya dua pengembara yang telah jauh berkelana kembali pulang ke sisinya. Kini Fietry takkan kesepian lagi di Desa Rangkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H