Tak lama kemudian Hans muncul sambil membawa sekotak brownies, Icha menyambutnya dan segera memakan brownies yang dibawakan Hans. Inin hanya bisa memandang cemburu.
***
“ Icha, gue denger dari Nyaknya si Inin. Katanya Inin sakit, dia mogok makan seminggu. Kasihan tuh si Inin, dia pasti patah hati banget di putusin sama elo Icha.” Ajen, cewek yang tak kalah kece dengan Icha itu memang tetangga Inin sejak kecil.
“ Masa sih sampe segitunya? Kasian banget Inin kalo kayak gitu.” Icha jadi berpikir keras.
Siangnya Icha menceritakan keadaan Inin pada Hans dan mengajaknya menjenguk Inin sepulang sekolah nanti.
"Asik dong, beras di rumah emaknya jadi irit," ujar Hans datar.
“ Kok ngomongnya gitu sih, Hans? Aku baru tahu ya kalo kamu itu gak pedulian orangnya. Mulai sekarang kita gak usah berhubungan lagi!” Icha berlalu dengan muka cemberut dari hadapan Hans.
Tanpa membuang waktu lagi, Icha segera meluncur ke rumah Inin. Ia baru menyadari betapa besar cinta Inin kepadanya. Buktinya Inin sampai mogok makan begitu karena di putusin sama Icha. Sampai di rumah Inin, Icha melihat Inin sedang asyik melahap lontong sayur.
“ Inin, katanya elo sakit dan mogok makan?”
“ Eh, Icha. Ngapain lu kesini? Gue bukannya mogok makan, tapi gue lagi diet karbohidrat, biar gue bisa dapetin cewek yang lebih kece dari elo.”
“ Din, gue nyesel udah mutusin elo. Gue mau kita balikan lagi, yah.” Icha tersenyum manis pada Inin. Ia meraih tangan Inin, tapi Inin menepisnya sambil berkata.