Mohon tunggu...
Fitriyani
Fitriyani Mohon Tunggu... Freelancer - Junior Editor at Delilahbooks.com

A woman who loves writing story beyond her imagination.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Dongeng Bulan

5 Mei 2012   15:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:39 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13362309271417172875

Malam ini bulan terlihat bulan penuh, kupandangi ratu malam lamat-lamat. Ingatanku melayang pada masa kecilku, ketika aku sering bertanya pada ibu. 15 tahun yang lalu " Bu, gambar di bulan itu apa?" tanyaku yang sedang tiduran dengan kepala berada di pangkuan ibu. " Itu Nenek sihir yang sedang memandikan kucing piaraannya," ujar ibu sambil membelai rambutku. aku langsung bergidik ngeri dan meringkuk di dalam pangkuan ibu, tapi masih sesekali melirik takut-takut pada rembulan penuh yang menampilkan siluet seperti Godzila yang sedang marah. Meski malam itu aku takut, tapi keesokan malamnya aku sudah bermain riang bersama teman-temanku di bawah siraman cahaya penguasa malam di angkasa. dan ketika malam semakin larut, ibu memanggilku masuk rumah. Mengantarku tidur dengan dongeng tentang bidadari yang terusir dari khayangan karena selendangnya dicuri Jaka Tarub. ------------ Wahai para ibu di masa kini, masih adakah ritual dongeng sebelum tidur bagi anakmu? ataukah kau menyerahkan semua hiburan malam untuk anakmu pada kotak kaca ajaib yang bernama televisi? masih adakah dongeng-dongeng lokal yang diceritakan pada tunas-tunas muda bangsa ini? ataukah mereka hanya disuruh belajar rajin agar dapat rangking, melalui buku-buku sains modern?pernahkah mereka diberikan buku berisi kumpulan dongeng lokal indonesia? ataukah mereka hanya diberi buku tentang dongeng ciderella? akankah kita membuat mereka lupa pada budaya bangsa yang amat kaya termasuk dongeng? akankah kita membiarkan mereka tak tahu sama sekali dengan local genius bangsa ini? wahai para ibu dan calon ibu, meski buku cerita telah bertumpuk di toko bukku, menceritakan dongeng langsung pada anak mengikat emosional kita dengan anak-anak kita. hingga terasa lebih dekat dan akrab, bukankah di zaman yang serba cepat ini kita jarang memiliki waktu untuk mereka? maka luangkanlah waktu sedikit untuk menceritakan kembali dongeng yang pernah kita dengar dari orangtua kita, agar mereka juga tahu bahwa bangsa kita kaya akan cerita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun