Banyak pihak yang menganggap bahwa model kampanye parpol peserta pemilu saat ini sangat monoton dan membosankan. Alih-alih memikat masyarakat, sebab rakyat justru dibuat acuh olehnya. Dengan demikian ‘jualan’ mereka selama kampanye kurang diminata masyarakat, bahkan mungkin oleh simpatisan masing-masing parpol itu sendiri
Seiring dengan itu, kampanye negatif yang dialami baik oleh Capres maupun partai pengusungnya oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab seakan menjadi penyempurna dari model kampanye yang membosankan tadi, sehingga masyarakat pada akhirnya hanya disuguhi sesindiran, amarah, kepanikan dan kepasrahan politik dari mereka sebagai reaksi dari kampanye hitam tersebut.
Anehnya, khusus untuk Capres Jokowi, serangan tersebut datang dari berbagai arah.Namun jika kita jeli, nampaknya ada yang ‘kurang’ dari kritikan, sindiran atau bahkan kenyinyiran yang diterima Jokowi saat ini.
Sebab dari deretan sindiran, kritik dan serangan tersebut tak ada satu pun yang datang dari mantan Ketua MPR yang juga Ketua MPP PAN, Amien Rais. Padahal sebelumnya, beliau adalah termasuk tokoh yang paling getol dan vulgar menyerang Jokowi.
Publik tentu masih sangat mengingat ketika Amien Rais mengatakan bahwa Jokowi tak pantas menyandang gelar salah satu Wali Kota terbaik di dunia, pun kita juga masih terngiang dengan kritikannya yang menyatakan bahwa Jokowi hanya bermodal popularitas tanpa diimbangi dengan kualitas sebagai seorang pemimpin. Ia menyamakan Jokowi dengan mantan presiden Filipina, Joseph Estrada yang sama-sama dipilih (sebagai pemimpin) karena popularitasnya, bahkan Amien Rais sempat menyinggung tentang kebiasaan Estrada yang pemabuk.
Amien Rais Berharap Hatta Radjasa Jadi Cawapres Jokowi
Ternyata ‘diamnya’ Amien Rais belakangan adalah merupakan bagian dari strategi politik. Maklum, beliau adalah politisi senior yang ulung dengan berbagai pengalamannya. Amien Rais tahu persis bahwa angin politik belakangan ini berpihak pada Jokowi, maka ia pun mulai mengikuti ke mana arah angin politik tersebut.
Dalam acara Tablig Akbar Politik Islam (TAPI) yang diadakan di Masjid al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, minggu (30/3) lalu, Amien Rais secara eksplisit menyatakan harapannya agar Ketua Umum PAN, Hatta Radjasa, bisa menjadi Cawapres Jokowi.
“Tidak menutup kemungkinan Ketua Umum PAN, Hatta Radjasa menjadi Cawapres dari Joko Widodo (Jokowi), katanya. (Gresnews, Senin, 31 Maret 2014)
Bagi pendukung Amien Rais dan PAN, langkah tersebut mungkin dianggap sebagai langkah yang cerdas dan brilian, sebab Amien Rais tahu memanfaatkan situasi dan kondisi kekinian. Tapi bagi yang kontra, langkah tersebut mungkin akan dianggap sebagai langkah yang mencla-mencle, tak konsisten, pragmatis dan hanya mengejar kekuasaan belaka.
Belum lagi jika kita bicara etika dalam berpolitik, tentu manuver Amien Rais tersebutbisa diperdebatkan, karena bagaimanapun, sikap konsisten dalam berpolitik dari para politisi adalah sikap yang patut diapresiasi dan diteladani.
Benarlah kata pengamat politik senior, AS Hikam, bahwa berpolitik adalah seni merubah berbagai kemungkinan. Dan sekarang, Amien Rais nampaknya mulai menapaki jalan kemungkinan tersebut, meski konsekwensinya ia harus menelan ludahnya sendiri.
___________________
El Shodiq Muhammad, 03 April 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H