“Tidak. Sudah saya katakan, tidak”. Ujar Jokowi di Pasar Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, rabo hari ini.
Lalu kenapa Cak Imin mengatakan hal tersebut? Kemungkinannya ada dua alasan di balik statemen Cak Imin;
Pertama; Memang benar telah terjadi transaksi kekuasaan pada kubu Jokowi dan partai pendukungnya. Asumsi ini berdasar alur pemikiran sederhana kita, memang terkesan janggal koalisi dalam dunia politik praktis tanpa adanya imbalan kekuasaan. Untuk apa anggota koalisi bergabung kalau tak dapatkan apa-apa? Padahal salah satu tujuan didirikannya partai politik adalah menggapai kekuasaan itu sendiri. Jika memang transaksi tersebut baru akan dibuat setelah Jokowi terpilih, maka hal ini merupakan sebuah perjudian yang cukup besar bagi partai anggota koalisi.
Kedua; Cak Imin mulai panik akibat manuver Mahfud MD (MMD). Di daerah-daerah mulai ramai kalangan nahdliyyin yang mengikuti langkah MMD bergabung dengan Prabowo. Bahkan nahdliyyinnya bukan nahdliyyin biasa, tapi para kiyai baik kiai-kiai sepuh maupun kiai kampung. Mereka tak segan-segan mengatakan bahwa mereka mendukung Prabowo karena faktor MMD. Lihat tulisan saya dengan judul; MMD; Penggeser Bandul Politik Saat Ini #2
Apapun yang melatarbelakangi pernyataan Cak Imin tersebut, keberadaan Cak Imin dalam koalisi Jokowi nampaknya selain membawa dampak positif juga ternyata membawa faktor negatif. Jokowi harus hati-hati menghadapi Cak Imin yang dikenal ulet dan licin. Apalagi faktanya elemen pendukung PKB di Pileg lalu sudah banyak yang menyeberang ke kubu Prabowo-Hatta justru karena faktor keberadaan Cak Imin.
Kamis, 29 Mei 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H