Mohon tunggu...
El Sa
El Sa Mohon Tunggu... -

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Barang/Merchandise Bajakan dan Terorisme

6 Maret 2014   23:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:10 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Indonesia ini yang namanya membeli barang bajakan sudah bukan hal aneh lagi. Dari CD, DVD, software, jersey bola / Piala Dunia, merchandise band, dan sebagainya bisa dibajak dan masyarakat pun mau membelinya.

Alasannya tentu karena harga yang jauh lebih murah. Bisa hemat banyak uang.

Tapi kalau kita berpikir lebih jauh, sebenarnya membeli barang atau merchandise bajakan atau tidak berlisensi berarti menceburkan diri ke dalam rantai kriminalitas.

Mungkin ketika ketika membeli barang palsu seperti misalnya tas Chanel palsu atau DVD film palsu dengan harga murah kita tidak pernah berpikir tentang terorisme. Sekilas memang tidak ada hubungannya, tapi sebenarnya membeli barang bajakan bisa berarti kita berpartisipasi dalam tindakan kriminalitas - ya, kriminalitas seperti para koruptor atau maling motor bahkan teroris.

Menurut sebuah artikel di Daily Mail, agensi intelijen dan pihak berwajib pernah menyelidiki bisnis barang bajakan atau barang palsu. Mereka menyelidiki bahwa bila misalnya kita membeli kacamata Gucci palsu, maka kita adalah rantai terakhir dari tindakan kriminalitas yang meliputi prostitusi, penyelundupan, pembunuhan, dan bahkan terorisme.

Ya, bahkan terorisme.

Tersangka pengeboman kereta di Madrid, Spanyol yang menewaskan 191 orang pada tahun 2004 lalu dilaporkan menggunakan uang dari CD musik bajakan dan film Hollywood bajakan untuk mendanai aktivitasnya. Dana Thomas, penulis buku Deluxe: How Luxury Lost Its Luster juga pernah melihat secara langsung pekerja anak-anak di bawah umur dieksploitasi untuk membuat tas kulit palsu di Thailand.

Selain itu, tempat membuat barang-barang palsu sering kali tidak memenuhi standar keamanan sehingga akan berbahaya bagi pekerja atau orang di sekitarnya. Yah, namanya juga pembajak.

Maka dari itu, saya tidak mau berpartisipasi dalam tindakan kriminalitas. Saya sadar, kalau saya tidak punya uang saya tidak akan membeli sesuatu. Saya tidak mau sok punya duit. Apalagi kalau cuma untuk pamer.

Lagi pula barang bajakan tidak diawasi kualitasnya. Yah, kalau menurut saya mirip-mirip seperti kita membeli "baso bajakan" lah. Bukannya dibuat dari daging sapi, eh dari daging tikus got....

Semoga saya konsisten dengan apa yang saya tuliskan ini...hehehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun