Mohon tunggu...
el raqib
el raqib Mohon Tunggu... -

kebencian menyuburkan luka, kedamaian melahirkan cinta

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Adakah Batas Kesabaran?

11 Januari 2015   03:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:23 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saudaraku bersumpah serapah

Hatinya dipenuhi amarah

Umpatan pun terbuang tak terarah

Menikam setiap hati yang sedang merana

Seorang anak bertindak dengan maunya

Menghina dan mengolok saudaranya

Tak mungkin hening selamanya

Hingga tergerus murka tanpa tanya

Tertampar...plakk

Terpukul...bukk

Terhantam...dan terkapar dalam hening

Puas hati membayar murka

Hiraukan tubuh tak bernyawa

Hahahaha...mampuslah engkau

Pikirmu boleh menghina sesuka hatimu?

Merasakah engkau aku tersakiti olehmu?

Mayat itu hanya diam kaku dan terpaku

Si mayat tersenyum dalam kaku

“selamat, engkau memang beringas”

Angin berhembus seolah mengusir sebuah bayang

Tak pernah dilimpahkan dendam dalam hatimu

Engkau begitu sempurna, malaikat pun tau

Tak mengertikah engkau selama ini?

Bahwa dendam hanya untuk si jahat

Kebencian hanya menimbulkan luka

Kekerasan memburukkan sebaik-baiknya kesalehan

Bila paham melampaui akalmu

Bila kelembutan meraih hatimu

Biarlah teriring doa yang menyesakkanmu

Bukankah Dia Maha Tau lagi Maha Adil?

Andai buruk berbalas buruk

Apakah kelebihanmu dalam perkara itu?

Pikirnya semua telah selesai

Jauh sadar akan kenyataan

Darah bersambut darah

Dendam bersambut dendam

Terjalin murka lebih membara

Warisan yang tak baik menerimanya

Sesungguhnya bila engkau mau memahami

Tanpa lekas bermurka hati

Bahwa hanya bagi mereka yang bersabar

Takkan lari berkah lagi pahala

Pastilah engkau menemui batasnya

Namun bukan di sini

Bukan pula di sana

Hanya di pintu surga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun