Mohon tunggu...
Dodo Kurnaedie
Dodo Kurnaedie Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menerjemahkan semua kisah-kasih kehidupan dalam tulisan yang (mungkin) bisa menjadikan pedoman dan manfaat untuk menjadikan arah hidup yang lebih baik untuk diri sendiri, orang lain dan untuk kehidupan yang lainnya. Semoga.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Congratulation Jokowi

10 Agustus 2012   07:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:59 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan diatas mungkin sedikit mendahului kehendakNya Tuhan Yang Maha Kuasa ataupun suara rakyat pemilih (vox populi vox dei) begitu suara rakyat untuk demokrasi selalu didengungkan. Tapi yang akan saya bahas dalam tulisan ini adalah kehendak saya pribadi sebagai pengamat amatiran dalam menyikapi gegap gempita Pilkada DKI Jakarta yang saya anggap sebagai barometer perpolitikan di tanah air. Dan juga yang sangat menarik menurut pendapat saya, karena ini akan menjadi awal bagi partai-partai politik besar sebagai pendukung salah satu calon sebagai test untuk pemilihan yang sebenarnya yang lebih besar yakni Pemilihan Umum 2014. Karena Jakarta merupakan basis yang sangat strategis bagi partai-partai politik yang akan berlaga pada Pemilu 2014 nanti.

Seperti sudah kita ketahui sebelumnya bahwa Pemilukada di DKI Jakarta berlangsung hingga 2 putaran dikarenakan tidak ada yang menang sebanyak suara 50%+1, jadi Pilkada di DKI Jakarta otomatis akan berlangsung dalam 2 putaran yang hingga kini tinggal menghitung hari dan akan dilaksanakan pada tanggal 20 September 2012. Kedua Calon Gubernur yang akan bertarung ialah Calon petahana Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan Joko Widodo-Basuki T. Purnama akan beradu dalam putaran kedua yang diprediksi akan seru mengingat keduanya mempunyai basis masa yang seimbang. Jokowi meski bukan asli orang betawi sudah terbukti kehandalannya dengan memenangi putaran pertama, sedang Foke sebagai penguasa saat ini selain di dukung oleh Partai Pemenang Pemilu lalu, juga difaslitasi dengan segala kemudahan-kemudahan lain tentunya.

Kedua pasangan yang bertarung sudah barang tentu telah memiliki strategi pemenangan masing-masing, terlebih dukungan dari kandidat-kandidat yang kalah di putaran pertama masih belum menunjukkan ke arah mana suara mereka akan diberikan, ini sudah barang tentu tugas dari tim sukses masing-masing kandidat. Perang pernyataan para kandidat sudah merupakan santapan empuk sehari-hari media massa baik yang masih sebatas wajar maupun yang terindikasi pelanggaran pemilu. Kampanye-kampanye terselubung maupun terang-terangan telah menghalalkan segala cara bagi kemenangan kekuasaan (Machiavelli)

Salah satu kandidat yakni pasangan Jokowi-Ahok disinyalir para pengamat dan lembaga survey kalau berbekal perolehan suara diputaran pertama yang unggul cukup signifikan dengan pasangan Foke-Nara akan memuluskannya untuk menduduki kekuasaan di Balaikota Jakarta. Dan belajar dari fenomena saat ini adalah bahwa dukungan partai politik belum tentu diikuti oleh suara pemilih partai bersangkutan terbukti dengan beragamnya dukungan partai politik maupun suara pemilih ke lain kandidat. Ini mencerminkan bahwa rakyat sebagai pemilik suara tidak terseret oleh keinginan partai dalam menentukan suaranya ke kandidat tertentu. Ini menegaskan bahwa suara yang diperoleh pasangan Jokowi-Ahok diputaran pertama murni dari hati nurani pemilih yang paling dalam tanpa direcoki oleh partai-partai politik pendukung.

Jokowi-Ahok sudah terbukti ketangguhannya meski kedua pejabat public tersebut belum pernah sekalipun berkecimpung di pemerintahan DKI Jakarta. Tapi kepopuleran dan kharisma keduanya mampu meluluhlantakan prediksi partai politik maupun para pengamat pada Pilkada kali ini. Kesederhanaan/low profile mungkin menjadi senjata yang paling ampuh yang keduanya miliki untuk menarik simpati kaum pemilih yang akhir-akhir ini sangat jarang pejabat yang berintegritas dengan kesederhanaan.

Kesederhanaan seorang Jokowi-Ahok terbukti ampuh dalam menggalang perolehan suara di putaran pertama dengan memenanginya, dan akan menjadi sebuah modal yang tak terhingga besarnya untuk lagi dipake dalam perolehan simpati pemilih dalam mendulang suara diputaran kedua nanti. Formula yang sejauh ini cukup ampuh mereka pakai ga menutup kemungkinan bisa mengantarkan pasangan ini menduduki jabatan gubernur DKI Jakarta untuk periode selanjutnya.

Jakarta ibukota Indonesia dan sudah sewajarnya yang menjadi gubernurnya kelak harus bisa mencerminkan beragam etnis yang ada di Indonesia. Akan lebih baik lagi menjadi contoh bagi daerah-daerah lainnya di Indonesia. Kita tunggu siapa yang akan menjabat gubernur baru selanjutnya dan terlebih lagi yang akan merealisasikan segera janji-janji kampanyenya yang telah mereka gembar-gemborkan dihadapan calon pemilihnya. Itu yang terpenting. Kita tunggu.

Wassalam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun