Kita semua hidup di zaman modern seperti saat ini. Banyak sekali teknologi-teknologi muktahir ilmu pengetahuan yang dikembangkan untuk membantu kehidupan manusia.hampir segala aspek dalam kehidupan manusia pada masa ini tidak lepas dari teknologi. Namun, fakta membuktikan bahwa kontribusi umat muslim pada perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman ini sangatlah sedikit. Bahkan presentase dari jumlah orang muslim yang berkontribusi tidak sampai 3%. Padahal jika dibandingkan masa kenabian Nabi Muhammad saw, para sahabat, serta masa kekhalifahan, peradaban Islam sangatlah maju dalam berbagai aspek termasuk ilmu pengetahuan. Dengan kata lain ada suatu masalah yang menyebabkan peradaban Islam serta peran umat muslim dalam berkontribusi mengalami kemunduran.
      Masyarakat awam banyak yang tidak menyadari bahwa peradaban Islam seperti di Indonesia terus mengalami penurunan. Namun, ada beberapa dari mereka yang mempertanyakan mengapa negara-negara non-muslim selalu lebih maju daripada negara-negara muslim atau negara dengan mayoritas penduduk muslim. Mengapa kualitas pendidikan negara mulim atau yang mayoritas penduduknya muslim tidak bisa menyaingi pendidikan di negara-negara non-muslim.dari pertanyaan-pertaan tersebut, ternyata biang keladinya adalah sebagai berikut:
- Aspek Politik
Perlu diketahui bahwa negara (pemerintahan Islam) yang baik adalah negara yang menempatkan ajaran agama di atas politik. Negara yang buruk adalah negara yang sekuler (membedakan ilmu agama dan ilmu duniawi). Namun, negara yang paling buruk adalah negara yang menempatkan ajaran agama di bawah politik.
Negara yang menempatkan ajaran agama di atas politik dikatakan bagus atau baik karena sistem pemerintahannya akan sesuai dengan ajaran Islam yang selalu menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemerintahan pada masa kenabian dan masa kekhalifahan, dan pada masa dinasti Abbasyiyah.
Masa-masa tersebut merupakan masa-masa kejayaan peradaban Islam. Tentu saja karena pada masa-masa tersebut umat muslim serta sistem pemerintahannya selalu menempatkan ajaran agama di atas politik. Bahkan pada masa pemerintahan sultan Harun Ar-Rasyid, di samping beliau memiliki sifat yang keras beliau itu selalu tunduk pada para ulama'. Apa yang diusulkan ulama' tidak dapat beliau tentang begitu saja.
Berbeda dengan masa-masa tersebut, justru sekarang negara-negara muslim atau negara-negara mayoritas penduduk muslim menggunakan ajaran Islam secara formalitas saja. Bahkan pada beberapa kasus malah terlihat seperti mempermainkan ajaran Islam atau bertingkah seolah-olah Allah tidak memperhatikan mereka. Sumpah-sumpah dengan Al-Qur'an selalu digunakan ketika hendak menjabat. Setelah menjabat mereka bertingkah seolah-olah tidak pernah bersumpah dan tidak mempedulikannya. Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan kemunduran peradaban Islam serta kontribusi mereka pada peradaban.
- Aspek Ilmu Pengetahuan
Pada dasarnya setiap umat muslim diwajibkan untuk menimba ilmu siapapun orangnya. Ilmu begitu penting karena ilmu lah yang membedakan kita dengan hewan. Kitab Ta'lim al-Muta'allim menjelaskan bahwa ilmu yang wajib ditimba adalah ilmu al-hal.
Namun, yang menjadi permasalahan di sini adalah pemahaman mengenai ilmu al-hal. Banyak yang memahami bahwa ilmu al-hal adalah ilmu yang berkaitan dengan agama Islam. Padahal pemahaman ini benar-benar salah. Memang benar kalau ilmu syari'at Islam termasuk ilmu al-hal, namun ilmu al-hal tidak hanya sebatas itu saja. Syaikh az-Zarnuji sendiri menjelaskan bahwa ilmu al-hal adalah ilmu yang digunakan untuk membantu hal-hal yang sedang kita hadapi. Contohnya adalah seorang pedagang harus mempelajari ilmu perniagaan dan ekonomi. Seorang kuli harus mempelajari ilmu pembangunan dan arsitektur. Hal ini disebabkan karena dalam kehidupan tidak hanya tentang agama.
Menjadi masalah apabila umat muslim selalu menolak ilmu yang tidak berkaitan dengan agama Islam dengan dalih "tidak akan dibawa mati". Padahal untuk menjalankan beberapa perintah agamajuga diperlukan ilmu-ilmu yang lain. Dalam Islam ada perintah untuk membangun masjid dan untuk melaksanakannya dibutuhkan ilmu pembangunan dan arsitektur. Dalam Islam ada perintah untuk mensejahterakan fakir miskin dan untuk mencapainya dibutuhkan sistem ekonomi yang bagus yang hanya bisa dibuat jika sudah memiliki ilmu ekonomi.
- Aspek Pola Pikir
Aspek pola pikir ini merupakan aspek yang paling penting dalam menentukan kemajuan peradaban mana pun. Karena pola pikir inilah yang berpengaruh besar pada kualitas per indiviualnya. Jika pola pikir dari sebuah masyarakat itu sudah baik dan benar, maka otomatis masyarakat tersebut akan membentuk sebuah peradaban yang maju.
Masalah yang dihadapi oleh umat Muslim terutama di Indonesia adalah pola pikir yang mereka miliki seiring berjalannya waktu. Memang benar bahwa perubahan zaman juga membawa perubahan penyikapan terhadap sebuah permasalahan. Namun jika pola pikir mereka benar sedari awal, maka tidak akan terjadi permaslahan lebih lanjut karena pola pikir itu sangat berpengaruh pada pencarian dan pemilahan solusi serta berpengaruh juga pada peradaban.
Salah satu pola pikir yang bermasalah yang dimiliki oleh umat muslim pada era ini adalah pola pikir sekuler mereka. Model pola pikir yang menganggap ilmu-ilmu umum sebagai ilmu yang tidak penting ini secara tidak langsung menghambat kemajuan peradaban Islam, bahkan berpotensi menghambat kemajuan peradaban negara.
Lebih parahnya lagi, tidak sedikit orang yang memiliki pola pikir yang meremehkan agama bahkan merendahkan agama. Pola pikir seperti ini bisa diketahui dari perilaku seseorang yang suka bermain-main dengan sumpah, mengesampingkan moral, lalai terhadap shalatnya, dan masih banyak yang lain.
Dengan kata lain, selama tiga aspek di atas sudah benar, maka peradaban Islam masih berpotensi untuk tumbuh kembali. Hal ini lebih dikarenakan tiga aspek tersebutlah yang dapat membangun sebuah peradaban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H