Mohon tunggu...
Riki Nuryadin
Riki Nuryadin Mohon Tunggu... -

Berpikir pake otak -- berjalan pake dengkul

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lautan Motor Simbol Kegagalan Transportasi Publik Kota Bandung

3 Februari 2016   09:51 Diperbarui: 3 Februari 2016   19:11 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gejala membludaknya pengguna motor di jalanan terutama pada saat jam masuk dan pulang kantor, tampaknya menjadi sesuatu hal yang lazim di hampir seluruh kota besar di pulau jawa, termasuk juga kota Bandung, Bandung  sebuah kota yang banyak menarik minat orang untuk mengunjungi nya. Bandung menjadi salah satu kota tujuan terutama dalam hal pariwisata, pendidikan dan kesehatan, banyak sekali fasilitas-fasiltas yang menunjang sektor-sektor tersebut untuk dapat berkembang di kota Bandung.

Selain itu juga bandung memiliki banyak gedung perkantoran dan industri-industri, yang masih bertempat di pusat kota, hal ini mengakibatkan lalu lintas kota Bandung menjadi sangat ramai, terutama di jam-jam sibuk, hal ini bisa dimaklumi, mengingat banyak pekerja yang memiliki hunian di pinggiran kota Bandung, seperti Cimahi, Padalarang, Lembang, Bale Endah, atau pun di daerah Bandung Timur (Ranca ekek, Cileunyi, dan sebagainya), dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang sudah melebihi ambang batas, semestinya ada suatu sistem pengaturan sebuah sistem di kota Bandung yang dapat memfasilitasi kebutuhan akan transportasi publik.

Tidak seperti kota lainnya dimana lalu lintas menjadi lenggang pada hari-hari libur, di kota Bandung justru bertambah padat mengingat banyak nya tempat wisata yang berlokasi di kota Bandung, pengunjung terutama datang dari Ibu kota Jakarta, mengingat mudahnya akses menuju Bandung semenjak di buka nya jalan tol Cipularang, hal ini menyebabkan macet akhirnya menjadi bagian dari gaya hidup penduduk kota Bandung, dan kota Bandung akan identik dengan kemacetan.

 

Membludaknya pengguna kendaraan di kota Bandung tidaklah di iringi dengan ketersediaan transportasi publik yang memadai, untuk angkutan publik nampaknya kota Bandung masih mengandalkan angkutan kota yang dimiliki oleh perorangan, meskipun ada pula bis kota atau angkot gede, mengingat sistem penaikan dan penurunan penumpangnya tidak mengenal sistem halte, bisa berhenti, menurunkan dan menaikan penumpang dimana saja, sama hal nya dengan angkot

Terdapat beberapa kelemahan mengandalkan sistem transportasi publik menggunakan angkot, meskipun budaya naik angkot ini dicoba untuk di hidupkan kembali oleh walikota bandug Ridwan Kamil yang biasa dipanggil dengan Kang Emil. Kelemahan tersebut antara lain :

1. Waktu ngetem (berhenti) yang lama dan tidak jelas, karena tidak ada waktu standar berapa lama mobil akan ngetem, pun ngetem ini bisa dilakukan berulang-ulang dalam satu kali perjalanan

2. Tidak nyaman, dengan posisi duduk yang berhadap-hadapan, dan hanya mendapatkan porsi duduk yang secukupnya (kecil), ditambah lagi dengan penuhnya penumpang, maka rasa-rasanya kata “nyaman” jauh dari layanan angkot

3. Sistem tarif yang tidak menentu dan relatif mahal, banyak tarif hanya didasarkan pada perasaan saja, kira-kira berapa jauh nya, atau pun tergantung “mood” dari sang pengemudi.

4. Banyaknya pengamen dan peminta-minta yang nyelonong masuk ke angkot, dan terkadang sedikit memaksa untuk meminta uang pada penumpang

5. Kurang memperhitungkan keselamatan penumpang, terkadang para supir angkot menjalankan kendaraannya dengan ugal-ugalan dan berebutan penumpang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun