Disney World di Orlando, Florida, pernah memulai inisiatif untuk menghasilkan listrik bagi taman hiburan mereka dengan cara mengurangi penggunaan minyak oada tahun 1980. Ketika itu harga minyak tengah mengalami kenaikan, yang berdampak pada operasional taman hiburan.Â
Wahana hiburan itu mendirikan Pabrik Konversi Energi Limbah Padat yang mengambil sampah, termasuk plastik, dan menggunakan proses yang dikenal sebagai pirolisis untuk mengubahnya menjadi gas yang mudah terbakar.Â
Pabrik ini dibuka pada tahun 1982, tetapi ditutup setahun kemudian karena biaya operasional yang tinggi.
Saat ini para aktivis lingkungan menggunakan kisah Disney ini untuk memojokkan reputasi serangkaian teknologi baru yang dikenal sebagai daur ulang mutakhir. Teknologi ini mengambil sampah plastik dan mengubahnya kembali menjadi plastik baru.
Namun, argumen mereka mungkin tidak sepenuhnya akurat. Kegagalan pabrik Disney lebih berkaitan dengan penurunan harga minyak yang terjadi setelahnya daripada masalah teknologi atau lingkungan.Â
Pirolisis telah berkembang pesat sejak tahun 1980-an. Selain itu, pabrik Disney awalnya dirancang untuk menghasilkan bahan bakar, bukan untuk daur ulang lanjutan.
Menurut situs New Scientist, daur ulang mutakhir ini adalah industri yang berinovasi dengan cepat dan memiliki potensi untuk membantu memecahkan krisis plastik global.
Teknologi ini dapat mengambil jutaan ton plastik yang dibuang dan mengubahnya kembali menjadi plastik baru yang bersih dan segar dengan memecahnya menjadi molekul-molekul penyusunnya. Tujuannya adalah menciptakan ekonomi sirkular di mana tidak ada lagi kebutuhan untuk membuat plastik "perawan" dari minyak.
Namun, ini bukan solusi sempurna. Ada masalah terkait pabrik semacam ini misalnya menghasilkan limbah beracun, penggunaan energi, dan penggunaan plastik konvensional ketimbang alternatif yang lebih baru dan lebih ramah lingkungan.
Para aktivis benar dalam berpendapat bahwa kita akan lebih baik tanpa plastik.Â