Mohon tunggu...
Yermia Riezky
Yermia Riezky Mohon Tunggu... Penulis dan fotografer lepas berdomisili di Makassar.

www.kreatifmenulis.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Cerdas Berprilaku Guna Menjaga Stabilitas Keuangan Keluarga di Masa Krisis

30 Juni 2020   21:25 Diperbarui: 30 Juni 2020   21:14 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Steve Johnson / Creative Commons Unsplash

Nyaris empat bulan berlalu sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama Covid-19 menginfeksi Indonesia. Sejak itu banyak daerah melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran wabah yang dipicu oleh virus SARS-CoV-2 itu.

Meski masih dihantui rasa khawatir, pemerintah-pemerintah daerah mulai melonggarkan PSBB agar perekonomian kembali menggeliat.

Kekhawatiran itu beralasan, sebab meski pemerintah menekankan pentingnya protokol kesehatan banyak warga yang abai. Keluar tanpa masker dan berkumpul tanpa taat imbauan menjaga jarak.

Pengabaian protokol kesehatan ini membuat penambahan kasus positif di Indonesia tercatat masih di atas 1.000 kasus per hari.

Sampai 30 Juni 2020, total kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 56.385 kasus dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 24.806 orang. Di luar itu, tercatat ada 2.876 warga meninggal dunia akibat virus ini.

Jumlah itu membuat banyak pihak  mengingatkan potensi datangnya gelombang kedua Covid-19 jika Indonesia tak bisa menekan laju infeksinya. 

Berkaca dari terjangan Covid-19 yang membuat 2020 sebagai satu periode yang tidak menyenangkan, saya menjalani 4 kiat dalam mengelola keuangan selama pandemi. 

Meski tiap orang memiliki persoalan keuanga yang berbeda, mungkin ada di antara anda yang bisa juga menerapkan cara menjaga stabilitas sistem keuangan keluarga sebagai berikut:

1. Siapkan tabungan sebesar enam kali pengeluaran bulanan

Ini nasehat klasik yang sering kita dengar. Namun, tidak banyak yang melakukannya sampai keadaan darurat itu muncul. 

Anda sering mendengar saran ini saat berdiskusi soal karir. Seseorang yang ingin berganti pekerjaan setidaknya memiliki tabungan sebanyak itu.

Artinya seluruh pengeluaran, baik itu pengeluaran primer maupun aneka kredit bulanan jumlahnya harus dikalikan enam. Baik jika anda masih sendiri atau telah berkeluarga.

Rumus ini bertujuan untuk memberikan anda keleluasaan finansial selama masa mencari kerja. Meski tak ada waktu pasti soal masa menganggur, namun saran ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

Saya menggunakan saran ini ketika memutuskan berhenti kerja kantoran di  pertengahan 2015. Sebelum berhenti bekerja, saya mengumpulkan dulu tabungan sebesar enam kali pengeluaran keluarga.

Waktu kemudian membawa saya berkarir sebagai pekerja bebas (freelancer) dan rumus tabungan enam kali pengeluaran bulanan ini tetap saya pakai untuk menjaga stabilitas keuangan keluarga.

2. Rasionalisasi pengeluaran bulanan

Pandemi memaksa kita menyesuaikan banyak hal, termasuk pengeluaran bulanan. Pola penggunaan uang dalam tiga bulan masa bekerja di rumah tentu berbeda dengan rutinitas sebelum pandemi.

Ada pos pengeluaran yang tidak dibelanjakan, seperti transportasi ke kantor, jalan-jalan mingguan, atau mungkin liburan. Namun ada pula yang berpotensi membengkak seperti tagihan listrik, tagihan air, atau internet. 

Masalahnya, situasi ekonomi di era pandemi tak sesederhana memindahkan pengeluaran dari satu pos ke pos lain. Krisis ini membuat banyak perusahaan gulung tikar atau melakukan bayak efisiensi. 

Korbannya tentu para pekerja yang harus menerima pemutusan hubungan kerja atau terpaksa menerima pilihan lain seperti pemotongan gaji dan tunjangan.

Saya yang bekerja di bidang konsultansi juga mengalami hal itu. Pandemi membuat kunjungan ke lapangan harus ditiadakan, berarti saya tak akan menerima tunjangan kerja lapangan selama masa pandemi.

Situasi ini membuat saya harus merasionalkan pengeluaran. Menurunnya pendapatan jelas mendorong saya untuk memprioritaskan pengeluaran terpenting setiap bulannya seperti pangan dan aneka tagihan yang tak bisa ditunda. 

Untuk makan, bahkan perlu menyesuaikan dengan mengurangi pesanan makan dari luar. Mengingat negara kita menerapkan PSBB dan bukan karantina wilayah, kami menyempatkan waktu untuk membeli bahan pangan sekali seminggu untuk dimasak di rumah.

Langganan konten digital pun harus disesuaikan. Misalnya untuk layanan musik, saya kembali ke sistem gratis yang diselingi iklan. Saya juga menghentikan tambahan layanan vidio sesual permintaan (on demand) dan hanya fokus pada TV berlangganan yang sepaket dengan internet.

Hal-hal seperti itu hanya sedikit dari merasionalkan pendapatan. Dan tiap orang dan rumah tangga punya cara cerdas berprilaku dalam hal menyesuaikan pengeluarannya di masa pandemi.

3. Memperbanyak potensi pemasukan

Sebagai seorang pekerja bebas, masa pandemi mengajarkan saya pentingnya punya variasi sumber pemasukan. Jadi, saat jumlah klien maupun pekerjaan berkurang, ada cukup aliran dana untuk kebutuhan sehari-hari.

Sampai saat ini, selain bidang konsultansi saya mendapatkan pemasukan dari penjualan lisensi di stok vidio dan stok foto. Namun, pemasukan dari dua sektor itu sangat fluktuatif dan tak bisa diprediksi dan saya harus meraih peluang yang muncul di masa pandemi.

Teknologi digital memiliki arti penting bagi masyarakat modern selama pandemi. Lewat berbagai aplikasi di komputer, ponsel pintar, dan televisi pintar, masyarakat berusaha untuk tetap produktif selama pandemi. 

Ini tentu menawarkan peluang jika kita ingin menambah sumber penghasilan. Anda bisa menggunakan kemampuan anda untuk membuka jasa konsultansi secara digital, membuat kursus online, atau membuat konten vidio dan blog yang unik dan menarik yang dapat mendatangkan pemasukan lewat iklan atau penjualan produk dan layanan. 

Tentu, peluang yang ada tak sebatas yang saya sebutkan di atas. Dengan kreatifitas tanpa batas, anda bisa menciptakan peluang membuat jagad maya menjadi ladang penghasilan baru. 

4. Memiliki asuransi kesehatan

Masa pandemi juga mengajarkan kita akan pentingnya kesehatan. Covid-19 telah menghajar jutaan orang di seluruh dunia tanpa pandang bulu. 

Di luar Covid-19, gangguan kesehatan lain juga mengintai. Jika tiba-tiba memburuk, ia bisa menguras kantung bahkan hingga habis tak bersisa.

Memiliki asuransi kesehatan menjadi salah satu sarana untuk menghindari dampak kondisi darurat ini. Entah itu layanan BPJS maupun asuransi swasta, beban keuangan anda dapat lebih ringan jika haarus berhadapan dengan sakit yang datang di masa pandemi.

Kesimpulan

Membangun budaya cerdas berprilaku dalam menjaga sistem keuangan tidak datang dalam waktu yang singkat. Namun pandemi ini mengajarkan pentingnya kita untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi krisis atau keadaan darurat yang tak bisa diprediksi kedatangannya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun