Malam sebelum menghadapi Bayern Munchen di Fussball Arena, Sabtu (19/5), Roberto Di Matteo memanggil anak asuhnya ke sebuah ruang pribadi hotel Mandari Oriental di Munchen. Di dalam ruangan itu, sebuah layar besar menanti mereka.
Layaknya sebuah tim menghadapi partai final, punggawa Chelsea seakan tahu, pelatih sementara mereka bakal menyajikan taktik. Beberapa pemain yakin, mereka bakal turun dalam laga final, seperti instruksi latihan sepanjang minggu itu.
Namun, alih-alih melihat susunan pemain dan analisa strategi, para pemain Chelsea disuguhkan sebuah tayangan yang tak ada hubungannya dengan final keesokan harinya. Tak ada instruksi. Yang ada, tayangan itu berisi pesan-pesan yang jauh lebih personal bagi mereka.
Dua minggu sebelumya, Di Matteo meminta bagian analisa video Chelsea mengambil gambar anggota keluarga pemain. Di setiap rekaman, anggota keluarga menyemangati yang para pemain. Di Matteo juga meminta beberapa potongan pertandingan dan dokumenter para pemain, sejak kecil sampai tenar, dari situs Youtube. Semuanya digabung menjadi satu tayangan yang menguras emosi para pemain.
Tayangan setengah jam itu mengubah suasana dalam ruangan.Dari penuh tawa menjadi larutan kesedihan. Apa yang ditampilkan Di Matteo dan para stafnya sangat mengejutkan pemain.
"Kami sadar kalau keluarga selalu hadir bersama kami, di final Moscow 2008, melawan Barcelona di semifinal 2009, saat kami kalah dalam pertandingan tersebut. Aku ingin mendedikasikan kemenangan pada mereka, keluarga kami yang selalu mendukung dan mempercayai kami. Ini kemenangan mereka," ujar Didier Drogba, usai final kepada Dominic Fifield dari Guardian.
Sementara bagi pendatang baru Ryan Betrand, mengakui dashyatnya pendekatan Di Matteo. "Dalam video itu, ibu dan saudara laki-lakiku muncul lebih dulu dan berkata,'selamat bertanding dan keberuntungngan menaungi seluruh tim,' lalu muncullah para perusuh, semua keluarga, mereka terlihat sedikit memalukan. Air mataku mengucur, tapi aku bisa sedikit tertawa. Video itu sangat memacu kami. Itu menyentuh kami, ia brilian," ujar Betrand.
Betrand merupakan kejutan partai final. Efeknya sama dengan Owen Hargreaves yang turun di lini tengah Munchen melawan Real Madrid di semifinal 2001. Ia tak pernah merumput selama fase grup, bahkan tak masuk daftar cadangan pada fase gugur.
Rencananya, Betrand diplot sebagai cadangan Flourent Mallouda setelah banyak pemain inti Chelsea terkena akumulasi kartu. Namun, saat latihan tengah minggu, Mallouda mendapat cedera kecil. Ini membuat Di Matteo harus memasukkan Betrand ke dalam line-up.
Keputusannya tepat. Video motivasinya membakar semangat Betrand, pemuda 22 tahun, yang bermain di sisi kiri pertahanan Chelsea bertarung dengan dua pemain berpengalaman di sisi kanan Munchen, Philip Lahm dan Arjen Robben.
"Tayangan itu melintas dalam pikiranku. Mengingatkanku dari mana asalku, keluargaku, saudara laki-lakiku," ujar Bertrand. Berkat penampilannya yang menawan, seluruh pendukung Chelsea memberikan standing ovation saat Bertran digantikan Malouda di menit '73. Satu penghormatan besar baginya.