Mohon tunggu...
eky pranata
eky pranata Mohon Tunggu... WIRASWASTA/MAHASISWA -

jalani dan syukuri

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Keruntuhan Jurnalisme

12 Oktober 2015   09:27 Diperbarui: 12 Oktober 2015   09:44 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

IDENTITAS BUKU

  • Judul Buku : Keruntuhan Jurnalisme
  • Penulis :  Dudi Sabil Iskandar
  • Penerbit :  Lentera Ilmu Cendekia
  • Cetakan : Pertama ,Januari 2015
  • Tebal         : XVI + 152 Halaman
  • ISBN : 978-602-8969-87-1
  • Harga Buku : Rp,50.000,00-

 

 

PENDAHULUAN

Buku “keruntuhan jurnalisme” ini hadir sebagai menerangkan keadaan jurnalime saat ini. Semoga khalayak (publik) mengerti arti sebuah berita yang sesungguhnya yang di nyatakan oleh media.Seoranng jurnalis memang tidak mudah untuk mrngemukakan berita-berita yang aktual dengan tepat, istilah katanya, berita yang benar sesuai dengan faktanya. Seorang jurnalis disini selalu saja melemah, karna tekanan-tekanan yang serba salah. Melemah  nya kode etik seorang jurnalis akan membuat dampak negative kepada khalayak.

TUJUAN

Untuk semua masyarakat mengetahui berita itu tidak selalu benar, selalu saja ada permainanya dibalik semua itu. Dan semoga saja masyarakat mendukung mana yang salah dan mana yang benar, contoh hal nya seperti seorang jurnalis yang selalu mengemukakan berita/wacana yang sangat fakta tetapi dia selalu saja disuap untuk memiringkan berita tersebut. Dan semoga seorang jurnalis di tanah air ini megikuti kaidah kaidah kode etik jurnalis yang sesungguhnya.

1

 

ISI :

  • Disini pendirian sebagai seorang journalis sangat miring sekali, dengan adanya,UANG !! semua dapat dipermainkan, banyak yang terjadi contoh : seperti cerita Jokowi, ia selalu ditinggi-tinggikan oleh media & berita program lelang jabatan lurah & camat penggusuran di waduk Pluit, pembersihan pedagang kaki lima di Tanah Abang, terakhir penggusuran di waduk Ria Rio, tidak ada media yang memberitahukan dari perspektif korban (victim). Semuanya koor “setuju” dengan kebijakan Jokowi.
  • Disini seorang jurnalis juga bias dibilang malas. Karena dengan adanya budaya COPAS “copy paste” mencari berita lebih mudah & lebih cepat mengemukakan kepada public, padahal, Ya isi berita itu sama aja dengan yang lainya.
  • Dengan adanya Internet menjadi lebih mudah dalam mencari berita yang actual, Hal seperti ini yang membuat jurnalis di negeri ini kacau .
  • Postmodernisme dan Modernisme inilah yang membuat runtuhnya jurnalisme selalu saja berbeda pendapat antara postmodernisme & modernisme, selalu saja ada pro & kontra karna saling berbeda definisi masing-masing

KELEMAHAN :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun