Mohon tunggu...
HADI PURWADI
HADI PURWADI Mohon Tunggu... -

saya bukan siapa-siapa -- sebutir debu di alam semesta.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jelang Sidang MK: Prabowo Temui Roro Jonggrang di Tangkuban Perahu

7 Agustus 2014   21:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:08 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sidang gugatan Pilpres 2014 oleh kubu Prabowo-Hatta sedang bergulir di MK. Berhasilkah Prabowo-Hatta membalikkan keadaan dan ditetapkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden terpilih 2014-2019? Silakan tunggu keputusan MK. Setidaknya sampai tanggal 22 Agustus pekan depan.

Namun bagi anda yang tidak sabar menunggu keputusan MK, sebetulnya ada cara yang mudah dan sederhana untuk mengetahui hasil akhir gugatan tersebut. Cara ini sangat simple. Tidak diperlukan latar belakang pengetahuan hukum yang rumit.  Tidak perlu memanggil pengacara. Tidak perlu menggunakan jasa lembaga survey. Tidak perlu IQ tinggi. Tidak perlu mengeluarkan uang. Dan tentu saja -- tidak perlu menyambangi dukun. Satu-satunya yang diperlukan hanyalah : kemauan untuk perpikir waras!

Mari Berpikir Waras

9 Juli 2014.

Pagi hari, ketika masyarakat Indonesia berbondong-bondong menuju TPS, belum  ada yang tahu siapa yang bakal unggul dalam Pilpres hari itu. Prabowo-Hatta atau Jokowi-JK.

Sore hari, ketika Quick Count yang dilakukan oleh beberapa Lembaga Survey dan lembaga lain (Kompas & RRI) yang kredible hampir menyentuh angka 90%, siapa yang unggul dalam Pilpres hari itu sudah dapat diketahui dengan jelas. Quick Count adalah metode waras pikir alias ilmiah yang teruji dan dapat dipertanggungjawabkan.

Menjadi pertanyaan besar kemudian ketika ada beberapa lembaga survey (yang track recordnya tidak jelas) menyuguhkan hasil berbeda dan menyatakan keunggulan Prabowo-Hatta. Pertanyaan besarnya bukanlah polemik siapa yang sebenarnya unggul Prabowo-Hatta atau Jokowi-JK?. Bukan itu! Pertanyaan besarnya adalah bagaimana orang-orang pintar, ilmiah, dan (katanya) profesional ini bisa mendapatkan data yang invalid dan menyesatkan? Lebih buruk lagi -- bagaimana Tim Sukses Prabowo-Hatta yang berisi orang-orang hebat bisa terkecoh dan mempercayai data dari Lembaga Survey yang (akhirnya terbukti) tidak kredible ini?

Waras pikir mengatakan : dalam tataran berpikir pintar dan ilmiah kubu Prabowo-Hatta lemah. Sangat lemah! Dalam bahasa yang lebih sederhana: bodoh!

22 Juli 2014.

Dalam beberapa kesempatan kubu Prabowo-Hatta juga menyampaikan bahwa lembaga-lembaga survey tidak independen. Mereka tidak lagi mengandalkan data lembaga survey, tetapi dari data center internal yang diambil oleh para relawan dan saksi dari setiap TPS. Dari real count internal ini kubu Prabowo-Hatta menyatakan unggul dari pasangan Jokowi-JK. "Data Tabulasi Nasional" yang memenangkan Prabowo-Hatta ini sempat muncul di layar kaca televisi nasional.

Tanggal 22 Juli 2014, ketika KPU menyelesaikan rekap suara nasional ternyata Jokowi-JK yang unggul. 53,15% Vs 46,85%. Pertanyaan besarnya: data center, para relawan atau saksi Kubu Prabowo-Hatta ini mendapatkan data dari mana? Datanya invalid atau orang-orangnya yang invalid sehingga salah menjumlah?

Waras pikir mengatakan: dalam melakukan pekerjaan sepele yang tidak membutuhkan keahlian khusus atau IQ tinggi seperti mengumpulkan data form C1 atau matematika sederhana (menjumlahkan angka-angka) Tim Prabowo-Hatta tidak dapat mengerjakan dengan baik alias tidak lulus. Dalam bahasa yang lebih sederhana: dungu!

Gugat Kecurangan Ke MK

Akhirnya setelah melalui drama 'penarikan diri' dan tidak mengakui pilpres 2014, Prabowo-Hatta mengajukan gugatan kecurangan Pilpres ke MK. Salah satu materi gugatan yang  menarik adalah kecurangan pemilu yang terstruktur, sistematis dan masif.

Untuk bisa melakukan kecurangan atau kejahatan yang terstruktur dan sistematis diperlukan jaringan yang luas, orang-orang yang kuat dan berkuasa, juga dukungan finansial yang tidak terbatas. Dilihat dari sudut pandang manapun kubu Prabowo-Hatta dengan koalisi merah-putih dan simpatisan dibelakangnya lebih memiliki peluang untuk melakukan kecurangan yang terstruktur dan sistematis.

Seandainyapun hal ini terjadi, kecurangan yang terstruktur dan sistematis ini akan sulit dideteksi. Kegiatan terstruktur dan sistematis adalah kegiatan yang senyap, tersembunyi dan rapi -- mirip dengan operasi intelijen. Hanya orang-orang istimewa dengan kemampuan khusus di atas rata-rata yang bisa membongkar kejahatan terstruktur dan sistematis. Berkaca dari invalidnya data-data yang dirilis (lembaga survey maupun data center internal) Tim Prabowo-Hatta, sangat mustahil mereka bisa mengendus apalagi membongkar kecurangan terstruktur & sistematis (seandainya ada dan terjadi). Tim Prabowo-Hatta tidak memiliki kemampuan untuk itu.

Waras pikir mengatakan: gugatan ke MK akan sia-sia. Materi gugatan, data dan bukti-bukti yang diajukan 'kualitasnya' dapat dipastikan tidak jauh berbeda dengan data-data yang telah mereka rilis sebelumnya. Invalid & tidak bermutu.

Oleh karena itu tidak perlu terheran-heran kalau membaca atau mendengar kabar tentang materi gugatan di MK yang tidak jelas, atau mendengar pidato Prabowo tentang pemilu di Korut lebih baik dari Indonesia, mendengar isu pansus pemilu atau mendengar kabar Prabowo menemui Roro Jonggrang di Tangkuban Perahu. He he he....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun