Mohon tunggu...
Ekti Karimah
Ekti Karimah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka, Solusi atau Bumerang yang Ditawarkan?

14 Januari 2024   09:02 Diperbarui: 14 Januari 2024   09:21 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurikulum Merdeka, Solusi atau Bumerang yang Ditawarkan?

Dunia pendidikan sedang digemparkan dengan penerapan kurikulum terbaru. Penerapnnya yang cukup berbeda membuat instansi pendidikan harus memutar otak untuk menerapkan kurikulum terbaru ini. Kurikulum merupakan dasar dari proses pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam memperoleh ilmu.

Saat ini kurikulum yang sedang gempar di kalangan pendidikan adalah Kurikulum Merdeka. Kurikulum merdeka, kurikulum terbaru yang berbasis pada kemampuan masing-masing peserta didik. 

Kurikulum merdeka  merupakan upaya memberikan kebebasan dan otonomi lembaga pendidikan, kemandirian dari birokrasi, dimana guru dibebaskan dari birokrasi yang kompleks dan siswa diberikan kebebasan untuk memilih bidang pilihannya. Namun, dalam penerapannya terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh lembaga pendidikan.

Tantangan yang muncul di MIS Muhammadiyah Beran akibat penerapan kurikulum merdeka adalah masih ada sebagian besar pendidik di MIS Muhammadiyah Beran yang belum keluar dari zona nyaman menggunakan K13, pembatasan oleh aturan dari Kemenag, kurangnya fasilitas dan sumber daya dari sekolah, dan peran kepala sekolah yang belum bisa bisa mengatur dan mendorong guru, staff,  siswa, serta orang tua yang masih di zona nyaman.  Tantangan ini tidak hanya dialami oleh MIS Muhammadiyah Beran. Namun, dialami oleh sekolah lainnya.

Dikutip dari Kemendikbudristekdikti (20/03/2023) salah satu tantangan yang muncul dari penerapan kurikulum merdeka di sekolah adalah

  • Tantangan kesiapan sumber daya manusia atau tenaga pendidik sebagai pilar utama pelaksanaan kurikulum.  
  • Tantangan kemampuan guru dalam pemberdayaan fasilitas berbasis digital
  • Tantangan untuk memperkuat jaringan komunikasi dan kemitraan antara satuan pendidik dengan pemangku kepentingan terkait.

Tantangan yang ada tentunya harus diselesaikan dengan meberikan solusi terbaik. Solusi yang ditawarkan MIS Muhammadiyah Beran adalah sebagai berikut: berdasarkan hasil wawancara dari Sei Juwariyah selaku pengawas sekolah pada (25/11/23) solusinya untuk mengatasi masalah masih banyaknya pendidik yang belum keluar dari zona nyaman penerapan K13 yaitu dengan cara membentuk kelompok belajar unrtuk guru. Di mana guru dapat saling belajar, melakukan praktik pembelajaran yang baik, saling mengajak, dan berbagi ilmu satu sama lain.

Adanya pembatasan aturan dari Kemenag dapat mengambat pengimplementasian kurikulum merdeka di sekolah. Solusi yang ditawarkan yaitu dengan cara mengadakan IHT untuk seluruh guru di lingkungan sekolah, dengan narasumber adalah guru-guru yang tergabung dalam  komite pembelajaran yang telah dilatih oleh para pelatih ahli dari Kemendikbudristek. 

Perlu adanya kemitraan yang efektif oleh satuan pendidikan dengan pemangku kepenetingan terkait seperti Kemenag dikutip dari Kemenrsitekdikti (20/03/2023). Selain itu, diperlukan program Sekolah Penggerak dari Kemenag.  Program Sekolah Penggerak (PSP) merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan Visi Pendidikan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila.

Cara mengatasi permasalahan kurangnya fasilitas dan sumber daya di sekolah dengan cara sebagai berikut:

  • Semua komponen satuan pendidik,mulai dari kepala sekolah,staf pengajar, staff tenaga Pendidikan,siswa dan wali murid untuk saling berkontribusi dan bekerjasama
  • Guru mencari alternatif lain untuk melakukan pembelajaran denggan memperhitungkan atau mengubah metode belajar dengan diluar ruangan, mengadakan praktik kelompok menggunakan cara belajar dengan bemain. Pendidik harus lebih kratif dalam mencari alternatif lain untuk tetap melakukan pembelajaran dengan menarik dan menyenangkan tanpa adanya sarana prasarana yang lengkap seperti dengan mengubah metode pembelajarannya.

Adanya tantangan tentu dibutuhkan solusi untuk mengatasi tantangan tersebut. Berhasil atau tidaknya suatu kurikulum tergantung pada bagaimana cara sekolah mengatasi tantangan yang ada secara tuntas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun