Mohon tunggu...
Ekstrimis Tengah
Ekstrimis Tengah Mohon Tunggu... -

Menulis satu tahun cahaya sekali... \r\nKecuali menabrak objek yang menarik...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Album Perdana Virzha : "Satu"- Sebuah Kolase Rasa, Kisah, & Jiwa

18 Maret 2015   11:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:29 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini bukanlah sebuah ulasan. Hanya sedikit berbagi pengalaman mendengar album Satu dari Virzha. Dan sebelum mulai hanya ingin mengingatkan :  bila anda bukan penggemar, maafkan atas subyektifitas yang berusaha saya tanggalkan namun gagal. Sungguh sudah bekerja keras untuk menjadi ‘netral’, namun itu melawan hukum alam, karena obyektivitas di dunia hanyalah ilusi. Dan bila anda seorang penggemar, anda pun harus memaafkan saya, karena ‘sok tahu’ adalah nama tengah saya dan tidak benar-benar paham musik, istilah-istilahnya pun saya tidak tahu, serta hanya berkata jujur tentang apa yang saya rasakan. Juga untuk jenis yang lain, saya minta maaf karena kemungkinan anda tidak mengerti  saya ngomong apa (demikian pula saya).

Seringkali lagu-lagu di radio membutuhkan waktu lama untuk bisa ditangkap seseorang yang pikirannya ruwet, padahal yang dibutuhkan hanya telinga dan hati yang terbuka untuk menerima apapun... Baiklah saya mulai dengan hati-hati…  Ketika pertama kali mendengar 11 lagu dari album Satu, percaya ini lagu-lagu yang akan meledak dan sering bertengger di radio, semuanya nyaman dan mulus kedengarannya. Hanya saja untuk satu putaran pertama, hampir tidak bisa membedakan, terutama 6 lagu yang ada di tengah (nomor 5 sampai 10), semua terasa familiar, tapi jatuh cinta toh tak harus pada pandangan pertama. Saya pun mulai menceburkan diri ke ‘kolam’ itu, setelah putaran kedua, barulah mengenali dengan jelas perbedaannya, warna-warna di tiap lagu, dan semakin menyelam ke dalam, di tiap lagu itu sendiri ada begitu banyak pecahan, disusun dari berbagai referensi menjadi satu bangunan, sehingga kadang orang-orang yang memiliki referensi terbatas, seperti saya, berhasil menemukan satu potongan kecil saja sudah girang : ah ini Ahmad Dhani, Andra and The Backbone, Gotye, Daft Punk, Aerosmith, Queen, Foo Fighters, Temper Trap, Blur, Smashing Pumpkin, entah apa lagi, yang mana ternyata hanyalah potongan-potongan kecil saja dengan begitu banyak varian dan turunan. Sudah tak ada lagi yang dominan, tidak ada lagi identik apa-siapa. Sehingga ketika direkatkan dalam satu bingkai, muncullah sebuah lukisan baru : sebuah kolase yang penuh rasa -  kisah - dan memiliki jiwanya sendiri, yang uniknya seperti bisa berada di jaman apapun, masih dalam kanvas musik rock sekaligus pop, 'ekletik' kalau boleh saya menyebutnya. Virzha seorang musisi yang  memiliki rasa ekletik dalam musiknya. Ia tidak mengacu pada satu dua sumber inspirasi, melainkan memilih potongan-potongan sesuai cita rasanya dari berbagai sumber dan masa yang ia anggap baik dan meletakan itu di tempat-tempat yang menurut ia tepat. Tentu saja ini Virzha. Karena semua yang ada di belakang suaranya, disaring dan terekspresi keluar lewat jiwanya. Dan satu hal yang saya rasakan,  walau digarap dalam tempo sesingkat-singkatnya, ini bukan sekedar sekumpulan lagu-lagu cinta tanpa nyawa, seperti ada energi positif mengalir di tiap lagunya, baik di lagu ciptaannya maupun bukan. Bukan lagu ‘keren-kerenan’ yang kosong, walau kategorinya tetap komersil. Saya rasa memang dikerjakan sepenuh cinta... Dan Virzha tidak bekerja sendirian, Risky Ares selaku pengaransemen dan produser musik yang melanjutkan ide-konsep-materi Virzha hingga menjadi satu album, kecuali lagu Kamu Cantik Hari Ini oleh Ale Juliette. Label yang bekerja keras untuk tak sekedar memikirkan hal komersil namun juga karya yang baik bagi industri musik Indonesia, produser Alfiansyah dan Rifandi Rusli, A&R Ai Lauda, dan seluruh tim dari Alfa Records. Terima kasih atas album ini, sebuah persembahan terbaik untuk penggemar...

1. Aku Lelakimu

Album Satu bukan sekedar kumpulan lagu-lagu, ia juga rekam jejak perjalanan seorang Virzha. Menyusur kembali ke belakang, saat kamera tv & sorot lampu spektakuler mengarah padanya, sebuah tembang lawas milik Anang Hermansyah yang membawa Virzha kepada penampilan puncaknya... Saat itu telah lewat, dan ia harus kembali bekerja keras untuk mendapatkan satu titik di industri musik. Dan sebuah nomor perdana keluar... Jitu menembak sasaran, video musik Aku Lelakimu di Youtube sampai hari ini mencapai 2,5 jt penonton. Dan akhirnya album perdana... Keteguhan cinta seorang laki-laki sejati didaraskannya lewat bait-bait puitis ciptaan seorang Pongki Barata, dan apa yang saya sangat suka dari tekstur suara Virzha bahwa ia tidak pernah bisa membawa sebuah lagu menjadi cengeng. Ini sebuah tembang yang menegarkan. Dari seluruh lagu di album ini, lagu Aku Lelakimu terasa sangat visual. Bagian terbaik dalam aransemennya buat saya ada di tengah awal, dimana jalinan permainan piano yang menyerupai gelombang bergulung-gulung dengan suaranya.  Ada liukan gitar yang memberi sentuhan rock 90’an, menjelang akhir sentuhan orkestra kian menguat berputar-putar seumpama angin ribut, saya membayangkan Virzha bernyanyi bagaikan konduktor pada akhirnya menguasai keadaan. Sukses, lagu ini berkumandang di radio-radio. Dan sepertinya kabar baik juga datang dari penjualannya di iTunes. Semoga awal yang manis terus berlanjut...

2. Jangan Simpan RIndu

Setelah dibuka dengan kisah cinta yang megah dan berderai air mata, pada lagu kedua dengan ringan Virzha membaliknya, mengembalikan kesederhanaannya lewat gonjrengan gitar yang santai. Berkisah tentang sebuah hubungan yang membuatnya frustasi sekaligus takluk, diekspresikan Virzha lewat nada-nada yang kian meninggi di bagian ulangan (refrain), di sisi lain musiknya mengalir riang dan segar. Tidak hanya sekali ini Virzha membawa permainan ambiguitas ke dalam lagu, liriknya sendiri boleh memiliki banyak persepsi, sedikit permainan lafal sehingga kata ‘turut’ terdengar seperti ‘jenuh’. Saya mereka-reka pesan baik dari komposisi ini, sepeti meringankan... Sebuah hubungan yang kadang mandeg tak lepas menimbulkan rasa frustasi, seperti hidup, jalani saja... Dan ‘gonjrengkan’ sepanjang jalan…

3. Hadirmu

Virzha selalu sedehana dalam bertutur, untuk menyampaikan pemikirannya yang luas sekalipun. Pada awalnya saya merasa lirik-lirik jenis ini akan tenggelam di balik suara & musiknya sendiri. Namun ketika saya mencoba membaca teks-teks di album Satu terpisah tanpa lagu,  unik lirik-lirik yang nampak kalem itu terangkat, berbunyi lebih nyaring justru dalam hening. Bukan kalimat berbunga seperti umumnya lagu pop. Sehingga segera saja dengan mudah saya menemukan ke-khas-an dari 6 lagu ciptaannya itu, termasuk juga judul-judulnya : Hadirmu, Untukmu,  Rasaku, terasa tenang dan teduh. Namun juga untuk judul-judul yang lain, sekalipun berbeda-beda, pesannya memiliki persamaan diksi : jangan simpan-simpan rindu,  jangan coba-coba mengubah cinta, jangan berpura-pura, semacam peringatan untuk jangan menjadi yang lain selain dirimu. Dari semua lagu ciptaannya yang konon didedikasikan untuk Tuhan, Hadirmu memiliki  nuansa refleksi yang paling kental. Virzha membawa Yang Esa begitu dekat, bagai kekasih yang sangat dirindu. 'Walau tak pernah kulihat parasmu…,' kata-kata ini terngiang di kepala saya… Diawali kord sederhana, liukan falsetto-nya seakan memanggil memasuki sebuah koridor panjang dengan piano dan sebuah lilin di akhir ruang. Ditemani cello… Hal kecil saja, merasa bunyi marakas terlalu cepat masuk sebelum rasa hening saya benar terbentuk. Sempat Virzha bercerita, kalau nomor ini pada awalnya dibuat sangat blues dengan harmonika sebagai pembuka… Mendengar kata harmonika saja rasanya sudah seperti angin segar menerobos masuk ke hati, apalagi kalau ada gonjrengan sengau-sengau sitar misalnya…? Saya sekedar membayangkan seandainya Virzha menawarkan satu nomor saja dengan warna berbeda ke dalam album yang berisi 11 lagu, seperti yang diceritakan di wawancara Desember lalu? Terkadang pasar juga butuh mendengar yang lain setelah jenuh dengan musik-musik yang beredar sekarang. Semacam Grammy 2015 kemarin yang memenangkan Beck Hansen untuk album terbaik mengalahkan Beyonce dan lain-lainnya. Benar-benar sebuah refleksi. Tapi sekali lagi ini hanya sekedar pikiran 'main-main' seseorang yang tak paham industri musik. Dan apapun bayangan saya di atas tidak menampikkan kalau lagu Hadirmu adalah ‘roh’ di dalam album Satu ini.

14265665642038177257
14265665642038177257


4. Kita yang Beda

Dari semua lagu di album Satu, nomor ini yang memiliki kisah utuh, seperti halnya drama. Lagu ciptaan Indra Perdana Sinaga (Naga Lyla) ini mengangkat isu kompleks, dikisahkan tanpa harus terjebak ke dalam  pernyataan sikap. Sebuah kepasrahan yang dilagukan dalam pop manis, walau akan sangat menyayat bagi mereka yang pernah mengalami kondisi dilematis ini. “Tuhan kita cuma satu, kita yang berbeda…”,  kebenaran diungkap ke tengah masyarakat Indonesia yang plural. Semoga membawa keteduhan. Sesekali ingin sekali saya melihat Virzha membawakannya sendiri hanya dengan piano, sebuah kisah yang konon pernah dialaminya sendiri…

5. Jika

Wooooaaahh...!!! Sebuah tornado kecil keluar dari alat pengeras suara, memecah habis dinding pertahanan yang sejak awal meredam saya untuk tidak melonjak-lonjak dari bangku kala mengemudi...! Gitar itu meraung bersama drum bas berputar-putar membangun terowongan, dimana suara Virzha menyeruak dari kedalamannya... Pembukaan yang menggelora! Sekejap saja tubuh saya disengat energi, sebuah tanda saatnya untuk bersenang-senang dan sedikit berantakan! Haha… Mengingatkan kembali apa yang saya butuhkan dari seorang Virzha, kenapa saya selalu butuh seorang bintang rock, membantu melepas sedikit saja ‘kegilaan’ di jiwa untuk meraga… Semua di dalam lagu ini  terasa pas, ibarat sebuah mesin semua komponennya bekerja dengan perhitungan yang tepat dan solid, seperti sebuah band yang bersinergi tahunan. Tidak semua musik distorsi mampu menghibur saya, namun selalu ada nada positif dalam lagu-lagu Virzha sekeras apapun. Apalagi liriknya  mengandung arti. Dipastikan lagu ini yang akan saya tunggu-tunggu saat menonton konser langsungnya  dengan band lengkap! Walau di kata pertama : “Jika…” , seperti ada efek suara yang sering digunakan Ahmad Dhani dalam lagu-lagunya sehingga orang otomatis terasosiasi kepada beliau dan mengatakan Virzha ke-Dhani-Dhani-an? Susah juga menjelaskannya karena memang kebetulan suara rendahnya mirip. Masak dia harus berpura-pura tidak mirip? Sudahlah… ‘Jangan coba-coba’ untuk mengelak kalau ini lagu yang asik! Dan mulailah curiga, bila “matahari tak seterang biasa…” hoho!

14265673391039749428
14265673391039749428


6. Satu Bintang

Beberapa kali saat saya mendengarkan album Satu, hujan deras di luar dan Satu Bintang membuat saya merindukan matahari. Lagu ini seperti memberi secercah harapan kalau musim liburan akan segera tiba, dan suara Virzha seakan menghangatkan, memberi liburan kecil kepada saya di tengah kemacetan.  Ada sedikit gelayut manja pada musiknya mengingatkan saya pada Jaded dari Aerosmith.  Sedikit hentakan ala Queen di tengah sesi intrumental. Semua bagian menyenangkan, sedikit nakal, seksi, namun hangat. Yah, seperti Virzha.

7. Rasaku

Seperti yang saya sebut di awal, album Satu semacam rekam jejak, dan musik di lagu Rasaku ini dibuat seperti punya tujuannya sendiri.  Mengingatkan penonton Indonesian Idol pada awal kemunculan Virzha yang fenomenal dengan satu juta penonton di Youtube dalam 1-2 minggu saat membawakan Somebody That I Use To Know dari Gotye. Penampilan itu pula yang membuat saya masih ada di sini dan akhirnya menulis setelah bertahun-tahun absen (terima kasih untuk itu). Warna itu kembali dituangkan dalam Rasaku. Menurut saya dari semua melodi yang diciptakan Virzha dalam album, Rasaku punya dinamika yang unik. Namun entah di tengah saya merasa seperti ada dua tema dalam kolase ini yang membelah, bahkan tiga, dan saya menikmatinya per bagian, tidak sebagai satu buah lagu yang utuh. Sebetulnya ada bagian penghubung di tengah sebelum sampai di bagian ulangan (refrain), namun bagian itu menonjol sendiri juga, saya suka suara gitar psikadeliknya. Saya sangat menghargai semua bentuk eksperimen sekalipun selalu ada resiko, banyak ornamen yang ingin dicoba di sini. Saya sendiri sangat menikmati tiap detailnya sendiri-sendiri. Di awal ada rasa Gotye, juga Beatles dalam Strawberry Fields, tapi gitarnya sedikit funk. Terutama di bagian ulangan, sedikit rasa Temper Trap, ditandai gebukan drum lalu tarikan gitar dan vokal Virzha seakan satu dipimpin drum yang elegan. Saya baru menangkap ucapannya mengenai Peter Cetera sebagai salah seorang idolanya yang memberi pengaruh besar, ada semacam liukan yang sama di ujung tarikan vokalnya, seretan-seretannya, yang jujur saya lebih suka dilakukan pada jenis suara Virzha ketimbang Peter Cetera.

14265677241625043243
14265677241625043243

8. Hati kecil

Ada apa dengan lagu yang satu ini? Awalnya hampir tidak terdeteksi dan jadi lagu yang paling sulit saya ingat, tiba-tiba belakangan dalam satu putaran CD saya bisa mengulang-ulangnya terus hingga 3-4 kali? Maaf, ini sangat pribadi (anda boleh lewatkan). Bila lagu Satu Bintang mengingatkan akan kerinduan saya pada musim liburan,  maka di Hati Kecil ini bahkan saya sudah berada dalam ‘liburan’… Sebuah musik berlibur, dimana saya akan langsung berlari menyambar bodyboard ke pantai,  berdebur bersama ombak,  kira-kira  jam 4.30 sore, matahari,  pasir,  punggung yang terbakar… Saatnya untuk terserap pada apapun…! Hanya lewat lagu yang terkesan ‘biasa’, polos, yang paling tidak diminati dalam jajak pendapat penggemar, dan lagu yang konon kata beberapa orang terkesan pasaran (untung saya jarang denger lagu sekarang)... Sekilas seperti umumnya lagu cinta, dan detilnya pun tak ada yang spesial seperti di lagu-lagu lain, namun semuanya seperti selaras di hati.  Mungkin seperti cinta, sederhana dan manusialah yang rumit, mengobrak-abrik apa yang saya pikir saya tau, apa yang jelek dan yang bagus, apa layak dan tidak layak, bahwa kadang apa yang saya butuhkan bukanlah komposisi orisinil, rumit, dengan lirik-lirik puitis, sarat makna nan tersirat, dan sebagainya… Musik adalah fenomena intuisi pribadi. Seperti ada pecahan kecil jiwa yang terwakili di sini… Mungkin saya akan diomeli orang, tapi entah hangat yang saya rasakan seperti dalam ‘Love Thing’ Joe Satriani, atau The Game of Love dimana saya pernah bermimpi menjadi Michelle Branch berduet dengan Santana? Tidak ada satupun bagian dari lagu Hati Kecil yang mirip dengan yang saya sebutkan. Melodi dan liriknya sangat manis biasanya bukan favorit saya, tapi lagi-lagi sukaa sekali suara Virzha yang tidak membuatnya jadi ‘menye-menye’. Buat saya ini sangat Virzha. Tapi di saat yang sama ini membuat saya lupa Virzha. Ada satu momen dimana bagian selingan musiknya yang cukup panjang, memunculkan bayangan fase-fase hidup, nostalgia tamasya keluarga di masa kecil, bulan madu yang manis, seorang bayi mungil di pangkuan… Bunyi dawai gitarnya yang mengawang-awang (apa istilahnya?), tempo drumnya tak kuasa memacu saya keluar ruang waktu, menuju ruang terbuka, sebuah panorama terbentang dengan gunung, rumput, pantai di sisi lainnya… Dan menuju akhir suara Virzha muncul kembali, berbisik lalu disambut biola, dan kembali menggelora… Lapisan suara vokal seakan lepas satu-satu dari permukaan, menggema… “Hati kecilku berkata, kaulah yang kutuju…” Seandainya Virzha bilang kalau semua lagu yang dipilihnya mengingatkannya pada Yang Esa, maka lagu inilah yang membuat saya mendekat. Terima kasih, telah memilih lagu ini dari sekian banyak lagu dan mengintepretasikannya sedemikian rupa… Dan untuk Risky Ares, saya sungguh berhutang atas fenomena ganjil yang ditimbulkan aransemen lagu ini, bagaimana anda bisa membuat semua ini sedemikian selaras?? Lagu ini ciptaan Irland Ares (saya pikir dia adik atau kakak dari Risky Ares, ternyata nama belakang itu adalah band! Maaf, haha…), saya suka judulnya : Hati Kecil. Dan apabila sebuah lagu telah mampu memunculkan masa lalu, masa kini dan visi ke depan, setidaknya untuk seseorang, buat saya tercapai sudah tujuan musikalitasnya. Amin.

9. Kamu Cantik Hari Ini

Sekali lagi, selera sangatlah pribadi. Sebagai seorang penulis suka-suka, saya memiliki kelemahan. Bahwa saya hanya bisa menulis  sesuatu yang saya cintai. Dan maaf sebesar-besarnya, Virzha, lagu Kamu Cantik Hari Ini tidak membuat saya ingin menulis apapun, setidaknya saat ini. Sungguh saya berharap bisa kualat atas kata-kata sendiri. Semoga yang lain bisa mengisi bagian ini.

10. Berpura Pura

Virzhaaa….! Mana mungkin saya berpura-pura? Kalau di lagu ini saya benar-benar bisa membayangkan seorang Virzha dengan aksi panggungnya yang gila, menenteng-nenteng penyangga mikrofon kesana kemari, seperti yang pernah saya lihat di lagu Vertigo saat Indonesian Idol!? Di wawancara terdahulu Virzha merendah kalau ia bercita-cita ingin menjadi seorang musisi suatu hari nanti… Apa dia sudah gila? Virzha, anda sudah musisi, tau!  Ini lagu bising yang rapih, dan sama seperti Jika, sinerginya seperti sebuah band, dan saya melihat konsistensi kedua lagu ini, seolah sudah mendapati corak dominan seorang Virzha. Saya suka semua bunyi yang dikeluarkan di sini, lengkingan gitar yang mirip sirene, dan suara bas yang entah seperti gelang karet tebal. Saya tidak melihat kelemahannya, sekalipun efek suara duet (aduh, apa istilahnya?) yang digunakan di sini mirip dengan yang sering dilakukan Ahmad Dhani, apa ada masalah? Bagi mereka yang merasa punya masalah, coba kasih saran musti diganti dengan cara bernyanyi macam apa yang menurut mereka lebih bagus untuk diletakkan di sini ? Kalau efek macam itu yang paling tepat dilakukan disitu kenapa harus dihindari hanya semata-mata mirip Ahmad Dhani? Toh memang beliau musisi senior yang sering dijadikan rujukan, dan semua tau kalau musisi senior sekalipun punya banyak bahan rujukan.

14265678751501068764
14265678751501068764

11. Untukmu

Ketika tiba-tiba Maroon 5 merilis nomor funk ‘Move Like Jagger’ di tahun 2011, seperti sebuah pernyataan, kalau sebuah grup pop-rock alternatif  ini juga bisa menguasai lantai dansa. Maka, mengapa Virzha tidak? Sekalipun dikenal sebagai rocker, semua juga tau kalau Virzha mampu merambah semua genre.  Siapa yang bisa melarikan diri dari gairah hentakan musik dansa ala 70’an? Hampir semua era mengulanginya, dan setiap itu pula menjadi hits. Seperti dibuktikan terakhir oleh Daft Punk lewat suara Pharell Wiliam di ‘Get Lucky’  tahun 2013 lalu, bahwa tidak ada satu generasi pun yang bisa terlewat dari ‘virus’ tersebut. Mungkin itu yang dibaca Virzha. Menurutnya jarang sekali di Indonesia hampir belum pernah ada. Saya pun ingat-ingat lagi, benar juga (tolong koreksi kalau salah), mengapa belum ada yang memikirkan hal itu sebelumnya? Wow, insting rocker satu ini mulai seperti pebisnis, hahaha… Dan satu hal lain yang saya suka dari album Satu ini, adalah urutan peletakan lagu-lagu tersebut. Semuanya sangat pas, sehingga pendengar seperti dengan mudah diseret dari satu lagu ke lagu lain, tanpa belenger, tanpa ngantuk. Lagu-lagu yang cukup tenang sengaja diletakkan di awal, lalu tiba-tiba keras, ganti tempo sedang, keras lagi… Dan di penghujung, lagu Untukmu awalnya nampak kalem, liriknya saya suka sekali “…hingga tenang menghampirimu…”, musiknya memang bukan tenang, tapi seperti menetralisir apa-apa yang sudah didengar sebelumnya. Seperti saatnya untuk mengevaluasi sebuah perjalanan hari, tapi sambil asik mengayun-ayunkan kaki, haha… Lama-lama mengayun-ayun kepala, lalu  pundak, lama-lama dari posisi duduk bisa berdiri, berputar dan selanjutnya terserah anda…! Unsur rock itu juga tidak hilang, diawali dengan petikan funk hingga masuk distorsi di tengah, volume drum-bass makin ke belakang kian menggebuk  seperti masuk ke sebuah klub. Sedikit jeda, masuk pula ‘efek suara robot’ atau vocoder (bener gak?), gesekan biola cepat, suara Virzha yang sudah diperhalus berlapis-lapis tumpang tindih memberi dimensi lain, seolah menunjukan bahwa tidak ada yang anti dilakukan oleh musisi gondrong ini. Ayo devotees sayang, buatkan dansa yang asik buat abang kalian ini, haha…



1426567999386367853
1426567999386367853

Foto-foto di atas saya ambil saat acara 'Nongkrong Bareng Virzha' di Atrium Senen, 15 Maret 2015. Saya penasaran sekali ingin mendengar lagu-lagu di album Satu dengan band lengkapnya . Karena itu saya meluncur ke Atrium minggu sore kemarin, sedikit terkejut melihat kondisi plaza yang masih dipenuhi bazar, saya datang jam 4.30 dan acara belum mulai. Saya tidak yakin seorang Axl Rose sekalipun bisa mengatasi ketidaknyamanan yang saya rasakan. Tapi Virzha membalikkan itu…

142657325966433006
142657325966433006
1426573308248694954
1426573308248694954

Sayang saya tidak bisa cerita banyak tentang jalannya acara, karena terlalu ribet memotret, haha. Yang jelas Virzha betul-betul total menghibur tak hanya lewat musik dan ia berkomunikasi dengan sangat juara! Saat penonton menjerit-jerit ia bisa tiba-tiba “Stttt!” menyuruh orang diam mendengarkan dia, becanda tentunya, hahaha… Awalnya saya nonton nun jauh di bawah sana dan bolak-balik ditegur mbak-mbak karena menyender ke meja stand penjualan asesorisnya. Pindah ke lantai satu, untung penggemar Virzha orangnya baik-baik, saya diperbolehkan nyempil sebentar menaruh lengan untuk ambil foto di railing kaca yang konon sudah dipenuhi sejak siang. Dan selesai acara musik saya harus buru-buru pulang. Acara dilanjutkan dengan jumpa fans di dalam KFC. Yang jelas seperti biasa, hebooh…!

***


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun