Suhu panas ekstrem beberapa waktu lalu banyak terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Berdasarkan catatan BMKG, beberapa wilayah di Indonesia memiliki suhu udara maksimum sebesar 35 - 36 derajat celcius. Di beberapa negara dunia, terjadi peristiwa gelombang panas, seperti China yang mencapai 52,3 derajat celcius, Spanyol yang mencapai 46 derajat celcius yang terjadi pula di Sardinia wilayah Eropa Timur.Â
Gelombang panas sendiri merupakan kondisi terjadi kenaikan suhu panas yang tidak biasa dan berlangsung selama setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih. Hal tersebut terjadi akibat pola cuaca  dan sistem tekanan atmosfer yang tinggi di suatu wilayah yang memiliki daratan besar dan perairan kecil. Namun, suhu panas di Indonesia bukan karena gelombang panas karena Indonesia terletak di wilayah ekuator dengan kondisi geografis yang dikelilingi oleh perairan yang sangat luas sehingga Badan Meteorologi dan Geofisika mengatakan bahwa Indonesia tidak berpotensi mengalami gelombang panas.
Dari halaman resmi Guinnes World Records mencatat bahwa wilayah Greenland Ranch, Death Valley, California, Amerika Serikat mencapai suhu tertinggi di dunia dengan mencapai 56,7 derajat celcius. Hal tersebut disebabkan karena death valley berada di sekitar 190 kaki di bawah permukaan laut dan curah hujan yang sangat rendah, yaitu tiga inci per tahun. Â
Selain itu pada awal Agustus lalu, Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korea Selatan mengeluarkan peringatan panas ekstrem yang mencapai level tertinggi untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir. Tercatat sedikitnya 23 orang tewas akibat gelombang panas. Saat ini pula Korea Selatan menjadi tuan rumah Jambore Pramuka Dunia ke-25. Namun, terdapat 400 kasus penyakit terkait suhu panas dilaporkan dari penyelenggara kegiatan tersebut.
Menurut BMKG, suhu panas yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh lima faktor, diantaranya, yaitu dinamika atmosfer yang tidak biasa hampir terjadi di seluruh wilayah Asia termasuk Indonesia, gerakan semu matahari, tren pemanasan global dan perubahan iklim, Indonesia yang memasuki musim kemarau, dan intensitas maksimum radiasi matahari pada kondisi cuaca cerah serta kurangnya tutupan awan. Adapun menurut para Ilmuwan perubahan iklim membuat gelombang panas lebih sering terjadi. Selain itu kondisi tanah yang kering juga menjadi penyebab gelombang panas karena semakin jarangnya penguapan terjadi.
Upaya-upaya pendinginan telah diterapkan di wilayah Amerika Serikat, mulai dari penghijauan pada atap dan dinding, mengecat jalan dengan lapisan yang dingin, hingga membeli pendingin udara untuk penduduk rentan. Adapun Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memberikan tips agar terhindar dari dampak cuaca panas, diantaranya dengan minum air yang banyak, hindari minuman berkafein, berenergi, alkohol, dan minuman manis, gunakan topi atau payung saat keluar rumah, memakai baju berbahan ringan, gunakan sunscreen, dan lain sebagainya. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak dari cuaca panas yang kerap terjadi saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H