Mohon tunggu...
eko supriyanto
eko supriyanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Demokrasi Terperangkap dalam Banalitas Sejarah

18 Oktober 2016   10:39 Diperbarui: 18 Oktober 2016   10:51 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panggung itu semakin lengkap dengan hiruk pikuk pendukungnya. Dan tentu saja kaos T-shirt:  "TrumpThat Bitch." Atau yang lainnya: "Trump: Finally Someone With Balls." Di panggung utama, dengan retorikanya yang khas Trumps melontarkan kata-kta: “Dia tidak cukup fit untuk menjadi seorang presiden”. Ia lalu bergaya seolah-olah jatuh ke belakang – jelas, dia sedang mengolok-olok Clinton yang terjatuh karena gejala pneumonia (infeksi atau peradangan paru-paru) setelah hadir dalam suatu acara. Lagi-lagi kita tak pernah membayangkan ini dilakukan oleh calon presiden Amerika Serikat sebelumnya, atau capres kita di sini.

Jane Goodall, antropolog Amerika yang meneliti kehidupan simpanse Afrika, membandingkan gaya politik Trump dengan binatang yang menjadi obyek penelitiannya. Dalam banyak hal, katanya seperti dikutip dari The Atlantic, gaya politik Trump mengingatkan pada ritual simpanse jantan yang ingin menunjukkan dominasi dalam hirarki kawanan. “ ... mereka akan melakukan pertunjukan yang heboh dan riuh rendah: agresif meloncat-loncat, menggaruk-garuk tanah,  menyeret ranting pohon,melempar batu ... semakin kuat dan imaginatif penampilannya, semakin cepat  bisa menaikkan statusnya dalam hirarki ...”  Trump tentu tidak melakukan pertunjukan yang bodoh itu. Tapi kata-katanya, serangan verbalnya, bahasa tubuhnya dalam berbagai kesempatan –semua menunjukkan ciri-ciri pejantan alfa dalam kawanan simpanse,singa, atau dubuk. 

Di luar panggung, kerumunan yang menjadi kawanan pendukungnya pun tak kalang jantannya. Meski di sana tentu saja ada juga sekumpulan wanita, tapi aromanya jelas maskulin kental – maskulin Amerika, tepatnya maskulinisme kulitputih Amerika.  Dan sungguh suatu kebetulan sejarah bahwa lawannya adalah calon presiden wanita pertama dalam sejarah panjang, dua abad lebih, demokrasi Amerika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun