Mohon tunggu...
eksa
eksa Mohon Tunggu... Penulis - Universitas Pembangunan Jaya

Seorang pengembara yang selalu mencari petualangan baru di balik sudut-sudut tersembunyi dunia, dengan pena sebagai senjatanya dan imajinasinya sebagai kendaraan utama.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kunci Manajemen Stres dan Kesehatan Mental yang Efektif menurut Filsafat Stoik

7 April 2024   21:20 Diperbarui: 7 April 2024   22:02 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup itu panjang, jika kamu tahu bagaimana menggunakannya -Seneca

Di tengah padatnya kehidupan modern yang sangat cepat, stres dan kecemasan menjadi hantu yang sangat ditakuti oleh banyak orang. Saat ini mencari ketenangan dan keseimbangan mental bagaikan mencari jarum dalam jerami, apalagi kita tinggal didaerah urban. Di sinilah filosofi Stoikisme menawarkan sebuah solusi yang menjanjikan.

Apa itu Stoikisme?

Dalam buku filosofi teras, Stoikisme  merupakan aliran filsafat kuno Yunani-Romawi yang lumayan menonjol, aliran tersebut telah mengukir jejaknya selama lebih dari dua ribu tahun. 

Di era kejayaannya, filsafat ini hidup berdampingan dengan aliran-aliran lain seperti Epicureanisme, Cynicism, Skepticism, dan Neoplatonism. Bahkan, keberadaannya terasa sebelum agama-agama besar seperti Kristen dan Islam muncul ke permukaan. 

Stoikisme  lahir di tanah Yunani, lalu mengalir ke Romawi, memengaruhi pikiran dan budaya mereka secara mendalam. Namun, kejayaan Stoikisme  mulai meredup ketika Kekaisaran Romawi resmi mengadopsi agama Kristen.

Di balik kemunculannya yang monumental, filsafat Stoik menjadi tempat berteduh bagi banyak tokoh berpengaruh. Salah satunya Epictetus, seorang yang dulunya adalah seorang budak, melalui pemikirannya membimbing orang untuk menemukan kebijaksanaan dalam keterbatasan. 

Lalu Seneca, seorang politisi pada masa Kaisar Nero, menghasilkan karya-karya yang menginspirasi hingga zaman modern. Bahkan Kaisar Marcus Aurelius, yang dikenal sebagai sosok yang penuh kebaikan hati, juga dikenal sebagai penulis buku "Meditations" yang mendalam. 

Tak hanya itu, kisah-kisah tentang pemikiran Stoik juga meresap dalam jiwa tokoh-tokoh seperti Nelson Mandela, yang katanya merenungi ajaran-ajaran Stoik selama lebih dari dua dekade di balik jeruji penjara, menjadikannya bebas dari belenggu dendam terhadap penindasnya. 

Bahkan di arena politik, seorang mantan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton, menganggap karya "Meditations" karya Marcus Aurelius sebagai salah satu buku favoritnya. Dengan demikian, warisan filsafat Stoik terus menuntun dan menginspirasi orang-orang dari berbagai belahan dunia, bahkan hingga saat ini.

Lalu apa hubungannya Stoik dengan pengelolaan emosi?

Stoikisme memandang emosi sebagai reaksi alami terhadap stimulus eksternal. Namun, mereka percaya bahwa pikiran kita, bukan stimulus itu sendiri, yang menentukan bagaimana kita merasakan dan bereaksi terhadap emosi. 

Dengan kata lain, kita memiliki kekuatan untuk mengendalikan emosi dengan mengendalikan pikiran kita. Teknik pengendalian diri yang diajarkan Stoikisme, seperti meditasi, mindfulness, dan journaling, membantu individu untuk menyadari dan mengidentifikasi emosi mereka, menganalisis akar penyebab dan menilai konsekuensi dari emosi mereka, memilih respons yang rasional dan konstruktif terhadap emosi mereka.

Dengan menerapkan teknik-teknik ini, individu dapat menghasilkan banyak sekali manfaat, yaitu mengurangi stres dan kecemasan, meningkatkan ketahanan mental, membangun kebiasaan yang lebih positif, menemukan kedamaian dan kebahagiaan batin. 

Stoikisme menawarkan pendekatan proaktif(mulai dari diri sendiri) untuk kesehatan mental. Alih-alih terjebak dalam pusaran emosi negatif, Stoikisme memberikan alat dan kebijaksanaan untuk mengendalikan emosi dan menavigasi berbagai situasi dengan ketenangan dan kebijaksanaan.

Penerapan Stoikisme  yang dapat diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari adalah saat merasa marah, tarik napas dalam-dalam, identifikasi pemicu kemarahan, dan pilih respons yang konstruktif seperti komunikasi yang tenang atau menjauh dari situasi. 

Lalu saat merasa cemas, lakukan meditasi mindfulness(metode meditasi yang digunakan untuk melatih seseorang lebih fokus terhadap apa yang terjadi disekitarnya) untuk fokus pada saat ini dan menenangkan pikiran yang mengganggu, selanjutnya saat merasa sedih, tuliskan jurnal tentang perasaan anda untuk mengekspresikan dan memproses emosi dengan lebih baik.

Stoikisme bukanlah solusi instan, tetapi sebuah filosofi hidup yang membutuhkan latihan dan dedikasi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Stoikisme secara konsisten, individu dapat meningkatkan kesehatan mental dan menemukan ketenangan di tengah badai kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun