Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Madu yang Tertumpah

2 Februari 2021   21:02 Diperbarui: 2 Februari 2021   21:14 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebotol madu setia menemani hidangan di meja perjamuan. Tangan tangan berebut tak membiarkan. Begitu berharga dalam campuran hidangan. Lidah lidah penyuka manis pun telah tertawan.

Namanya terpatri jadi dambaan. Bertahta di singgsana hati pengunjung perjamuan. Tak sedikit mereka harus berlarian, demi mereguk manisnya minuman.

Sementara di sana, ada hati yang terkoyak. Menyaksikan adegan demi adegan. Sang permata diperebutkan. Apalah daya. Permata hati harus memainkan peran, sebagai pelengkap hidangan.

Manakala sisa madu hampir di nadir penghabisan, napas sudah tertahan. Perjamuan pun hampir menapaki awal kenangan, madu lirih merintih pelan. Akan kah ia nanti tetap di kenang?

Sebotol madu haru dalam tatapan. Pengunjung perjamuan mulai berbalik badan, sisakan tumpukkan nampan. Sesekali mereka berdesakan. Tak sadar sudah menyentuh, hingga madu pun tersia tumpah dibiarkan.

Tak terasa butiran-butiran bening mengaliri sebuah penantian. Berharap ada yang sudi kembalikan pada sebuah kemewahan martabat. Akhirnya, dengan sedikit ketegaran. Bangkitkan lagi pesona pada kepantasan, berbekal kesabaran benih penghambaan pada Tuhan.

(Sungai Limas, 2 Februari 2021)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun