Senja yang lalu sudah bermantra
Pada pelepah resah hinggap sebentar
Coba menukil sebuah nama dalam kenangan purba
Mencari di tiap lembar pasal-pasal rindu
Aku tetaplah manusia lemah
Ingin memecah arca lupa
Pada detak di tiap detik
Paling tidak menjelmalah
Di sebingkai pahatan nama membedaki bayang
Namamu lenyap dalam rimbunan diam
Tak mampu kueja sepatah kata
Duhai nama yang tenggelam dari bilik hati
Kapankah kembali memeluk ingatku
Membakar sendu dengan beragam cerita
Sepekat apapun itu lumpur namamu
Sekelam apapun sejarah namamu
Tetaplah menari indah
Bergelayut manja di tiap aliran nadiku
Sejatinya namamu tetaplah gempita di sanubari
Meski aku tergugu merundungi lupa
Jahitlah luka lebam masa lalumu
Musnahkan saja rayap-rayap peracik kebohongan
Karena dengan itu, namamu bisa kupeluk kembali dalam ingatan
Duhai nama yang menggamit mimpi
Cairkan potongan lupa yang telah membeku
Supaya aku bisa
Memfestivalkan kembali indah namamu
Pada rangkaian do'a terpanjat syahdu
Di hamparan sajadah
Karena, mengingat namamu adalah pemecah nestapa
Menyuburkan kembali rumput keceriaan
Subur merimbun di ruang khayal
Terukir indah di prasasti sejarah pelipur lara
(Sungai Limas, 20 Januari 2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H