Kali ini senja bertamu sendu
Tak ada hiasan keperakan menghias langit
Sesekali terdengar sayup suara hujan merintik
Kutatap lekat ke ujung hujan menggaris pelan
Hujan kian menderas tutupi mendung tipis
Tetesannya mengetuk ngetuk daun jendela kamar
Kulihat seorang bocah berdiri menantang hujan
Tak ada payung penghias tangannya
Aneh, isi kepalaku dipenuhi tanda tanya
Hujan terus menderu mengguyur sekujur badannya
Seakan dingin hujan tak lantas membuatnya bergeming
Senja kali ini begitu dingin, sedingin hujan mengguyur bumi tanpa ampun
Gemuruh petir mulai bergema menggetarkan bumi
Bocah itu nampak hanya meraba arah
Suaranya pun lenyap ditelan hujan
Kudekati bocah itu, lantas kutanya
"Dek, mau kemana? Yuk berteduh sini"
Dia hanya mendesah lirih dan bercerita pilu
Matanya buta dan sebatang kara
Dalam deras hujan dia masih mencari cahaya hidup, namun entah kemana lagi
Sukmaku tertampar seketika
Aku sungguh malu PadaMu Tuhan
Si Alif bocah malang saja masih terus mencari petunjukMu, lalu bagaima diriku selama ini?
Sudah cukupkah penghambaanku padaMu selama ini?
Sudah cukupkah bekalku untuk menghadapMu kelak?
Tubuhku limbung, seketika roboh
Tuhan, bimbinglah Alif selalu
Berikan jalanMu, agar ia tabah dan mampu melawan tirani hidup menuju cahayaMu
Tuhan,
Hujan yang Engkau turunkan di ujung senja itu tlah mengajarkanku
Arti sebuah penghambaan dan kesyukuran atas segala karuniaMu
Berjuta syukur kupanjatkan, hanyalah setetes dari semesta nikmatMu
(Sungai Limas, 23 Desember 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H