Ramadhan tahun ini
Sungguh terasa beda
Ramadhan dikepung pandemi Corona
Sungguh menyesakkan sukma
Bagaimana tidak?
Cermin pagi hanya pantulkan bayang semu
Melati tak lagi wangi memenuhi rongga penciuman
Sang surya bermuram durja
Aroma malam menyebar sunyi pekat
Hanya jangkrik yang masih bisa pecahkan keheningan
Ramadhan di tengah pandemi
Hanya sisa Ramadhan dalam sepenggal
Riuh bocah-bocah tak lagi penuhi masjid
Senyum sapa disalaman penghujung shalat berjamaah
Sudah kian tak terdengar
Hanya bisa pasrah
Kucoba bernegosiasi pada malam menjemput
Bersimpuh luruh menghiba pinta
Hanyut dalam buncah rindu tiada tara
Segenap pinta kembalikan lagi kebersamaan
Kehangatan bersama kembali didamba
Ramadhan terasa sepenggal,
Bagaimana tidak?
Gemuruh takbir tak lagi menggema menyentuh sukma
Tak terdengar lagi lantunan kitab suci mengalir di balik pengeras suara
Sunyi
Senyap
Merenggut syahdunya malam Ramadhan
Meski terasa Ramadhan terasa sepenggal
Namun aroma pandemi tercium akan pudar
Yakin ujian berat ini akan berlalu
Tetap bersabar, syukur, dan patuhi segenap protokol
(Sungai Limas, 29 April 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H