Pamer-pameran
Ayam goreng tepung
Kriuk-kriuk
Dimakan dengan sambal
Di depan market
"Membelinya di mana?" kata dompet
"Ngutang," kata uang
"Terus uangmu buat apa?"
"Jaga-jaga."
"Lewat ATM bisa kok."
Dompet kecewa
Apakah zaman telah melupakanku, renung dompet
Aku hanyalah angka,
Satu hingga sembilan
Perbanyak nolnya saja
Pasti jumlahku berlipat ganda
"Lalu aku harus bagaimana?'Â Dompet masih tak puas.
"Buat pamer. Sejak dahulu memang tugasmu begitu. Koran saja masuk. Segala foto masuk. Belum lagi surat menyurat."
"Iya ketebalanku adalah kebanggaannya."
Kalau sekarang bagaimana?
Siapa yang pamer siapa?
Zaman pamer telah hilang
Sudah tergantikan
Entah uang
Entah dompet
Bukan alat untuk pamer lagi
"Lantas mereka pamer pakai apa?"
"Aku juga sedang berpikir."
Mungkin saja zaman pamer telah hilang
Lalu apa yang mereka banggakan?
Mobil mewah?
Rumah megah?
Atau apa?
Ayam goreng tepung mungkin difoto
Lalu jadi linimasa
Sepertinya tempat wisata
Dan senyum manis menggoda
Hanya itu sepertinya yang tidak bisa direbut oleh lainnya
(Sungai Limas, 15 April 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H