Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menakar Panas Matahari

13 April 2020   10:02 Diperbarui: 13 April 2020   10:08 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suara.com | Keren! Astronom Bagikan Penampakan Matahari Paling Detail


Menakar Panas Pagi

Jika panas matahari
Diianggap kesalahan atas sebuah perbuatan

Aku telah berjemur
Meminta asupan pada matahari
Keringat lambang semangat
Bertahan dalam terik
Menunduk tak kuasa menatap

Kecemasan datang bersama hangat
Menelusup lewat pori-pori
Kesulitan jadi rasa untuk menutupi
Derita sakit ingin pergi

Selang beberapa waktu
Matahari kian tinggi
Membakarnya tak hanya sekali

Berteduh
Dari kelalaian
Kesalahan
Kita tak bisa merinci

Kemudian,
Pengekangan dan pengekangan
Alat mencuci diri
Berendam dalam sepi
Mengingat dan mengakui

(Sungai Limas, 13 April 2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun