Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjanjian yang Diingkari

18 Maret 2020   15:19 Diperbarui: 18 Maret 2020   15:36 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belanja di pasar tradisional kadang menyebabkan jengkel dan marah. Bagaimana tidak? Pernah suatu ketika berbelanja pakaian. Kebetulan mendapat rejeki. Jadi ingin membelikan baju koko buat anak dan suami.

Barang sudah dipilih, harga sudah disepakati. Tinggal ukuran saja yang belum tentu sesuai. Dalam baju tertera ukuran, S, M, L, dan LL. Anak-anak ukuran S, sementara suami saya ukuran LL. Biasanya cocok dan sesuai.

Saya tak menyadari kalau ternyata setiap pabrik konveksi memiliki ukuran yang berbeda pada setiap labelnya. Kebanyak pas ketika dipakai, namun entah mengapa kali ini ukurannya tak sesuai. Untuk anak saya kekecilan. Demikian juga baju koko suami saya.

Memang kebiasaan saya kalau belanja selalu membuat perjanjian. Jika nanti ukurannya tak sesuai akan ditukar. Rata-rata pedagang tersebut mau berjanji asal tidak lewat tiga hari. Dan perjanjian pun disepakati.

Sayangnya dalam nota tertulis barang yang telah dibeli tak bisa ditukar lagi. Padahal perjanjian yang telah disepakati adalah boleh ditukar selama sebelum lewat tiga hari.

Kejadian ini menimpa saya. Ketika pulang ke rumah baju segera dibuka. Dicocokkan, dan ternyata keduanya pun sesak. Tak bisa digunakan.  Karena lelah maka saya kembalikan ke pasar esok harinya. Dengan membawa nota dan pakain yang saya beli.

Ketika sampai di pasar dan langsjng ke tempat penjual baju koko tersebut. Ternyata yang jaga toko itu orangnya berbeda. Dia tak mau kalau saya mengembalikan baju yang dibeli kemarin. Katanya menunggu orang yang menjual kemarin.

Maka setelah terjadi perdebatan akhirnya terpaksa saya pulang dengan perasaan kecewa. Baju tak mau ditukarkan. Padahal sudah ada perjanjian.

Kalau menunggu ketemu penjual yang kemarin saya beli, jadwal kerjanya tak pasti. Transpot pulang pergi dari pasar ke rumah saja mungkin seharga baju yang saya beli. Akhirnya pasrah. Biarlah baju yang ada mungkin sudah rejekinya diberikan ke keluarga yang lain.

Yang mengherankan, padahal sudah ada perjanjian. Sayangnya tak ada perjanjian tertulis. Yang ada hanya nota yang menyatakan barang yang telah dibeli tak bisa dikembalikan atau ditukar lagi. Kecewalah perasaan saya. Pasti seumur hidup tidak akan membeli baju di tempat itu lagi.

Pengalaman sungguh mengenaskan. Sudah harus dua kali ke tempat itu, barang yang dibeli pun tak bisa ditukar. Bagiamana kita bisa mencoba jika tal ada ruang ganti untuk mencoba.

Berbeda dengan mall, mereka menyediakan ruang ganti untuk mencoba pakaian yang akan dibeli. Di samping itu suasana belanjanya sangat santai. Ada AC dan pelayanannya sangat ramah. Bisa memilih sesuka-suka kita. Demikian juga tak perlu tawar menawar yang menguras tenaga dan perasaan.

Semenjak itu jika berbelanja pakaian jadi jika ada kesempatan pasti akan menjadikan mall tempat belanja. Harganya pun tak jauh berbeda. Kanyamanan ternyata lebih kita prioritaskan. Mungkin inilah asalan mengapa mall lebih ramai dari pasar tradisional.

Semoga pengalaman yang pernah menimpa para pembaca. Sungguh tidak mengenakkan ketika kecewa. Padahal pembeli adalah raja. Padahal sudah ada perjanjian juga. Memang salah saya tak ada perjanjian hitam di atas putih soal pengembalian baju koko tersebut.

Akhirnya mari berhati-hati dan lebih teliti dalam berbelanja agar tak terjadi penyesalan di kemudian hari. Seperti yang pernah saya alami.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun