Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Membawa Lebih Separo

12 Maret 2020   21:11 Diperbarui: 12 Maret 2020   21:40 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasional Tempo.co | Pengemis Berharta Rp 1 Miliar, Pejabat: Perlu Pendekatan Represif ...

Seorang ibu,

Penjual sedang menawar-nawarkan kuenya Dalam propaganda, "Ini kue istimewa. Silakan! Silakan! Beli tiga gratis satu."
Berkeringat keningnya
Berbusa ujung bibirnya
Berdiri tak lelah-lelahnya

Aku mengamati, begitu keras perjuangan hidupnya
Pagi hingga siang digenggam
Panas dan hujan jadi mainan
Tak pernah kenal lelah dan kesakitan

Di seberang trotoar aku lihat sebuah adegan
Duduk bersila memainkan sandiwara
Memelas seperti paling lapar sedunia
Menadahkan tangan sambil gemetaran
Tak berkata apa-apa
Mata
Hanya mata memandang ke arah mega
Entah apa yang dihayalkannya
Menjadi kaya raya?
Atau tetap seperti miskin pada
Bapak setengah tua

Sore tiba,
Kantong kresek tempat uang mereka
Dalam kamar rumah pintu terkunci
Menghitung jumlah penghasilan hari ini

Siapa yang berjuang?
Siapa yang beruntung?
Siapa yang buntung?

Seorang ibu membawa lebih separo
Bapak setengah tua membawa lebih separo
Ibu rugi tak balik modal
Bapak setengah tua tak pakai modal

Siapa yang berjuang?
Siapa yang beruntung?
Siapa yang buntung?

Nurani orang yang lalu lalang
Dalam tipu penampilan
Lupa pada sebuah perjuangan
Dalam hidup sebentar lagi ada kesudahan

Sungai Limas, 12 Maret 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun