Pelatihan ini dirasa lebih lebih efektif karena dapat dilakukan lintas sektoral dan lintas waktu. Dari mana saja, dan kapan saja dapat diikuti tanpa mengganggu rutinitas kerja sehari-hari.
Di samping itu keberadaan media sosial untuk berinteraksi seperti WhatsApp, Telegram, berbagai media e learning, web, dan lainnya sebagai yang bisa mengajak diskusi dalam kelas maya menjadikan pelatihan daring berjalan mulus.
Dengan dibukanya begitu banyak pelatihan peningkatan kompetensi guru berbasis web secara daring yang dilaksanakan mandiri oleh guru benar-benar membuka peluang guru untuk mengejar ketertinggalannya.
Semangat menimba ilmu memang tak lepas dari keinginan guru untuk berdiri di depan kelas secara mumpuni. Dengan harapan, jangan sampai ketika menemukan masalah dalam pembelajaran di kelas tak menemukan jalan keluar yang memadai.
Untuk membantu para guru yang ingin menambah ilmu atau pun upgrade diri, maka Dogmit (Diklat online guru melek IT) Indonesia yang dimentori oleh pak Sukani (The winner of guraru tahun 2013) hadir menawarkan solusi. Yaitu menyediakan pelatihan secara daring selama 10 hari. Dengan bermodal berbagai paket materi memukau dan super keren. Dibimbing secara terstruktur sampai bisa, dan materi bisa diakses kapan saja dan dimana saja, karena full 24 jam.
Terbukti sudah banyak para guru se Indonesia sekitar lebih dari 3000 orang telah mengikuti kegiatan Dogmit ini. Rata-rata menghasilkan alumni yang mampu melek IT untuk dipergunakan sepenuhnya pada proses belajar mengajar disekolah masing-masing. Alhamdulillah tak terkecuali pada diri penulis juga.
Penulis sangat bersyukur bisa mengikuti kegiatan Dogmit ini. Bagaimana tidak, yang dahulunya jujur penulis belum bisa memahami apa, dan bagaimana mempergunakan IT dalam pembelajaran, namun kini penulis perlahan sudah mulai mempergunakan pengetahuan dan kemampuan IT yang didapat dari pelatihan daring ini di dalam kelas, sehingga peserta didik lebih senang dan nyaman belajarnya.
Jadi, bagi penulis Dogmit merupakan tempat yang tepat dan nyaman untuk meng-update/mengembangkan diri. Sehingga penulis merasa sangat rugi jika ketinggalan mengikuti pelatihan yang diadakan Dogmit ini. Bagi penulis Dogmit adalah candu.
Namun perlu diingat, terlepas dari semua model pelatihan yang ada. Ternyata tetap saja niat, kemauan, dan semangat guru menjadi nomor satu keberhasilan peningkatan kompetensi mereka. Apa pun bentuk pelatihannya, asalkan diikuti dan diminati oleh guru untuk meningkatkan kompetensinya Insya Allah akan berhasil dan sesuai dengan tujuan pelatihan tersebut. Semoga.***
(Sungai Limas, 5 Maret 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H