Sang ibu membujuk anaknya yang sudah lemas kelaparan, nasi masih ditanak. Si anak merengek-rengek meminta makan, ibunya pun masih meyiapkan nasi di dalam piring.
Begitu sang anak bangun, anak itu untuk makan. Tiba-tiba gegenting putus perutnya karena sudah terlalu genting. Akhirnya tak dapat lagi melanjutkan hidupnya. (Diceritakan kembali dari buku cerita rakyat nusantara)
Dengan cerita di atas dapat memantik compassion pada peserta didik. Rasa terharu membangkitkan rasa kasihan, welas asih, empati, kasih sayang, dan lain-lain.
Masih banyak cerita lain yang memantik compassion pada peserta didik. Seperti bagaimana menumbuhkan kompassoin pada binantang dengan cerita pengemis dan kucing kesayangnya.
Seorang pengemis rela lapar demi kucing-kucing kesayangannya. Dari hasi ngemisnya semuanya dibelikan makanan untuk kucing-kucingnya. Hanya menyisakan untuk makan dirinya secukupnya.
Seperti cerita tentang bagaimana menyayangi tanaman dengan cerita, melati yang menangis setiap hari.
Menceritakan tentang bagaimana rasa hausnya melati yang berada dalam pot bunga. Sering kehausan karena terlambatnya disiram oleh pemiliknya. Melati setiap hari menangis hingga habis airmatanya, karena melihat satu persatu teman-teman dalam pot lainnya yang mati kehausan. Dilupakan pemiliknya. Dan lain-lain.
Dengan cerita-cerita yang menggugah mampu memantik compassion pada peserta didik. Untuk menunjang semua cerita yang disuguhkan di dalam kelas dibutuhkan wawasan yang luas dari guru pengajarnya. Oleh karena itu bagi guru agar tak segan-segannya membaca dan membaca.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H