Masih banyak contoh lain yang jika digali satu persatu akan menguak bagaimana sebenarnya kehidupan peserta didik ketika berada di rumah.
Walau tugas utama guru adalah memberikan pembelajaran dan pendidikan kepada peserta didik ketika berada di sekolah. Namun lingkungan rumah tangga peserta didik tak salahnya dicermati agar penanganan mereka ketika berada dalam kelas tak salah.
Misalnya ketika guru bercerita tentang bagaimana perceraian mengakibatkan hancurnya sebuah keluarga dan terlantarnya anak-anak akibat perceraian tersebut. Ketika guru tak mengetahui kalau di dalam kelas tersebut ada peserta didik yang orang tuanya bercerai pasti akan bercerita sekenanya. Tak sadar salah satu peserta didik terhina dan sakit hatinya karena cerita dan pembahasan guru tentang peristiwa dan akibat perceraian tersebut.
Jadi bagi wali kelas, meluangkan sedikit waktu untuk melakukan kunjungan rumah masing-masing peserta didiknya memberikan dampak yang besar dalam proses pembelajaran selanjutnya. Demikian juga ketika mendapati masalah yang menimpa peserta didik dapat ditangani sedini mungkin dengan mengurangi dampak besar akibat ketidaktahuan guru.
Jangan sampai karena ketidaktahuan pada kondisi yang terjadi di keluarga peserta didik, pembelajaran di dalam kelas memperparah masalah yang dihadapi peserta didik. Oleh karena itu, wali kelas yang ditunjuk untuk mengelola kelasnya diharapkan mengetahui secara detail kondisi riil peserta didik yang berada dalam kelasnya.
Dengan cara kunjungan rumah juga bisa diketahui siapa-siapa saja peserta didik yang berhak mendapatkan beasiswa miskin dan mendapatkan kartu indonesia pintar dan sejenisnya. Jangan sampai program bantuan untuk peserta didik salah sasaran karena ketidaktahuan sekolah pada kondisi riil peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H