Datangnya Tanda-Tanda
Bukankah ular kobra yang tiba-tiba muncul dari semak belukar,
kemudian jadi berita besar?
Bukankah ular sanca keluar dari selokan,
jadi tontonan berjam-jam,
harimau yang memangsa,
dan sederet peritiwa,
bukankah itu tanda-tanda?
Kita tidak sedang berkemah, Kawan!
Mencari jejak dengan tanda-tanda hanya untuk menambah kecakapan,
setelah upacara TKU Bantara disematkan!
Tenda kita adalah langit, lenteranya adalah matahari, dan matrasnya adalah hamparan bumi
Di tempat ini kejadian tak mungkin mampu dikembalikan
Ketika terjadi, maka terjadilah!
Bukankah sejarah telah mengajarkan, bagaimana hutan kemudian menjadi hamparan gersang,
Sungai-sungai tersumbat dan meluapkan kemarahannya lewat banjir bandang?
Bukankah ahli ekologi bertebaran di negeri ini?
Apa saja yang telah mereka katakan tentang hukum alam, tentang sebab akibat banjir
Mulut merekakah yang terkunci, atau telinga kita yang tersumbat?
Padahal ketika semua telah terjadi,
Hujan membasahi
Banjir menggenangi
Semua mulut terbuka
Semua telinga melebar dengan sendirinya
Ketahuilah,
Tanda-tanda diberikan untuk kesiagaan
Bencana datang untuk peringatan
Seketika itu kita ingat
Sebentar saja
Setelahnya,
Datangnya tanda-tanda hanyalah pertunjukan belaka
Kemudian ramai-ramai mulut lebar memperbincangkannya.
(Sungai Limas, 2 Pebruari 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H