Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tersisa Ranting Sepenggal

22 Desember 2019   20:08 Diperbarui: 22 Desember 2019   20:08 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tersisa Ranting Sepenggal

Mengenangmu dalam hatiku sungguh seperti menggenggam ranting sepenggal,
berdiri tak kuat menyangga,
dilempar takut jika ada pemangsa.

Selama ini aku selalu bertanya,
hatiku tetap enggan memberikan jawaban.

Seperti ketika bocah pulang ke rumah selepas main hujan-hujanan,
takut kena marah ibunya,
Ia lalu berkata, "Aku tadi tak main. Temanku yang menyiram. Makanya jadi begini."

Ranting itu selalu mengusikku, kuatkah ia aku genggam,
lalu jadi penunjuk jalan,
atau hanya nyamuk lapar menggigit hingga kenyang kemudian rela mati setelah terpuaskan.

Pelan-pelan ranting sepenggal aku minta pengakuan,
Melupakan atau membenamkan ingatan?
Meninggalkan atau menanti penuhi janji?

Jawaban selalu tak pasti, serapuh ranting sepenggal dalam genggaman.

Aku yang melepaskan,
atau ia yang lapuk termakan zaman.
Pilihan yang sungguh sulit ditentukan.

(Sungai Limas, 22 Desember 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun