Tersisa Ranting Sepenggal
Mengenangmu dalam hatiku sungguh seperti menggenggam ranting sepenggal,
berdiri tak kuat menyangga,
dilempar takut jika ada pemangsa.
Selama ini aku selalu bertanya,
hatiku tetap enggan memberikan jawaban.
Seperti ketika bocah pulang ke rumah selepas main hujan-hujanan,
takut kena marah ibunya,
Ia lalu berkata, "Aku tadi tak main. Temanku yang menyiram. Makanya jadi begini."
Ranting itu selalu mengusikku, kuatkah ia aku genggam,
lalu jadi penunjuk jalan,
atau hanya nyamuk lapar menggigit hingga kenyang kemudian rela mati setelah terpuaskan.
Pelan-pelan ranting sepenggal aku minta pengakuan,
Melupakan atau membenamkan ingatan?
Meninggalkan atau menanti penuhi janji?
Jawaban selalu tak pasti, serapuh ranting sepenggal dalam genggaman.
Aku yang melepaskan,
atau ia yang lapuk termakan zaman.
Pilihan yang sungguh sulit ditentukan.
(Sungai Limas, 22 Desember 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H