Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Masih di Sini

6 April 2019   19:32 Diperbarui: 6 April 2019   20:08 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Termangu sendiri berteman tiupan angin menabuh dedaunan, sementara mentari malu menampakkan wajah ayunya. Pagi beraroma semerbak melati, mengundang para kumbang berdansa tarian salsa.

Kursi di bawah pohon Akasia saksi bisu, betapa setia aku menunggu. Sekalipun rintik hujan menjarum menyapa mesra, mataku tak berkedip memandang ke arah sana. Bayanganmu selalu datang menjelma di ruang mata.

Aku setia di sini, di musim dingin menunggu pasti. Meski dingin menusuk belulang, dan angin dingin menampar wajah, namun setia kubersimpuh berharap kamu hadir segera.

Patahan rindu tercabik sendu coba kutata lagi. Selaksa asa kususun kembali pada ayat-ayat rindu pelaksana hati. Aku bertahan di sini, hanya demi mengharap hadirmu kembali.

Musim berganti, kemarau kasih mengering gersang. Biarkan saja diriku mengeja rerumputan kering, hingga tiap ujungnya menyentuh hatimu. Namun aku masih di sini, hanya menanti siraman kasih penyejuk hati.

(Sungai Limas, 6 April 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun