Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Usah Dikenang Lagi

26 Maret 2019   20:02 Diperbarui: 26 Maret 2019   20:05 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menggulung perih sepenuh rasa. Dahaga bersua membuncah kembali. Namun ego coba dikuasai. Menahan rasa dalam mimpi sukma

Untuk apa sibuk dikenang, jika sisakan bilur-bilur luka. Ego tetap berontak, selalu terkenang susah dilupai.

Bayangan itu menjelma di ruang mata. Senantiasa menggoda dikala terjaga pekat. Mata berkaca bila mendekap jika mengeja abjad dilembaran usang.

Perang dengan suasana telah dimulai. Mata hati diasah tajam. Menembus batas waktu di ruang kenangan. Namun ruang itu berganti rupa. Hanya tersisa serpihan catatan usang berbalut debu.

Tirani gagah mencengkram waktu. Meludahi sisa luka menganga. Jika kepingan waktu menjadi ruang hampa nan beku, lalu untuk apa lagi dikenang?

Matahari esok akan bersinar lagi. Roda kehidupan terus berputar, menggilas masa silam bersama angin yang berlalu. Tutup saja lembaran usang itu, tatap kedepan, usah dikenang lagi.

(Sungai Limas, 26 Maret 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun