Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lupakanlah

1 Maret 2019   22:38 Diperbarui: 1 Maret 2019   23:22 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nyanyian malam kugores sendu, walau senyap pada selaksa haru. Kutoreh pena di atas buku, jadi saksi penuh berdebu.

Kurangkai kata dalam selaksa abjad, sersekat cekat dalam buntalan aksara. Rapuh diam di sejuta makna, hilang warna pada bait-bait semu.

Lupakanlah apa yang kutulis, biarkan lenyap tiada berbekas. Tersapu sunyi di ujung pena, biarkan larut di nuansa sepi.
Biarlah, penjara sunyi akan merantai kata.

Nurani bergema hingga ke palung sukma, ingin menyatu di dalam raga. Namun lupakanlah, sudah tiada guna. Darah telah beku di dalam nadi, usah dicairkan dengan sejuta janji.

Jangan buang energi percuma, biarlah sepi di alam hampa. Lupakanlah, segalanya akan ada waktunya, untuk meraih segala cita.

(Sungai Limas, 1 Maret 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun