Waktu itu, kau berjanji akan menengokku di musim semi. Ada secercah asa tersemat di kalbu. Indah terukir memori di prasasti bisu.
Waktu itu, kau berjanji selipkan mawar di sela jilbabku. Cantik mewangi tersapu semilir angin. Indah terbayang di ruang mata.
Waktu itu, senyum manismu terukir jelas. Membekas pesona di lorong sukma. Tersirat pasti hasrat nuranimu. Membekas gagah pesonamu di pelangi hatiku.
Waktu itu, kau sampaikan hasrat tak terleraikan. Berjuang sepenuh jiwa mengais rezeki di seberang sana. Hingga tiba saatnya kita kembali bersua.
Waktu itu, takkan bisa diputar kembali. Hanya tersisa bilur pelangi menganga. Sirna tercabik sendu. Imamku telah kembali tenang. Mawarku pun layu terkulai.
(Sungai Limas, 12 Februari 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H