Mi merupakan makanan sederhana dan menjadi favorit banyak orang. Makanan yang satu ini sangat populer di mana-mana.
Mi yang dikemas dalam bentuk produk juga tergolong murah-meriah. Karena itu mi kemasan menjadi pilihan terakhir saat sedang bokek alias isi dompet menipis.
Ketika mengonsumsi salah satu mi kemasan, coba perhatikan bagian bungkusnya. Di situ terdapat tulisan atau label yang mencolok dengan kalimat, "Mi Instan".
Seperti kalimat tersebut, mi kemasan tergolong makanan cepat saji. Bagi orang yang tidak ingin ribet, makanan ini menjadi pilihan satu-satunya untuk mengisi perut dengan cepat.
Walaupun dikatakan cepat saji, mi kemasan sebenarnya tidak instan. Butuh proses agar "mi istan" tersebut bisa sampai ke perut.
Dari sebungkus produk mi kemasan kita dapat belajar bahwa hidup tidaklah instan. Hidup lebih dinamis dan bermakna daripada sebungkus mi dengan tulisan instan.
Lahir dan mati adalah takdir dan terjadi dalam waktu yang singkat. Tetapi hidup merupakan sebuah pilihan dalam satu proses yang cukup panjang di antara lahir dan mati---juga tidak instan.
Dalam menjalani hidup, tidak sedikit orang yang berharap kalau bisa segala hal dapat diperoleh dengan instan. Tidak perlu usaha, kerja keras, dan juga tidak membutuhkan waktu yang lama.
Satu hal yang perlu diingat bahwa yang instan belum tentu baik dan berkualitas. Sesuatu yang diperoleh dengan mudah akan mudah juga hilang. Hal yang bersifat instan lebih memprioritaskan hasil yang kelihatan dalam waktu singkat.Â
Bertolak belakang dengan proses yang lebih mengutamakan kualitas dibanding kuantitas. Hasil dari sebuah proses tidak akan kelihatan dalam waktu yang singkat, tetapi akan bertahan lebih lama dibandingkan sesuatu yang instan.