Mohon tunggu...
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto Mohon Tunggu... Human Resources - Timor Tengah Selatan

Seorang pengagum berat Cristiano Ronaldo dan pemakan segala kacuali durian. Menyelesaikan studi S1 Pendidikan Fisika di Institut Pendidikan SoE, S2 Pendidikan Fisika di Universitas Pendidikan Indonesia, dan saat ini sedang menempuh studi doktoral (S3) di Universitas Pendidikan Indonesia serta Magister Ministry Marketplace (S2) di Sekolah Tinggi Theologi Bandung. Menyukai banyak hal; sains, musik, sepak bola, seni, dan lain-lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

S.Pd (Start, Process, Done)

18 Mei 2020   19:06 Diperbarui: 18 Mei 2020   19:16 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mulai mencoba untuk menulis kira-kira setahun yang lalu. Awalnya tidak pernah terbesit sedikitpun di benak saya untuk menulis, bahkan sampai menjadi seorang kompasioner.

Sewaktu masih di bangku SMA, saya sangat mengagumi sorang guru pelajaran Bahasa Indonesia saya. Salah satu hal yang pernah dia katakan pada saya adalah, "Menulis itu tidak sulit, yang sulit adalah memulai. Tetapi ketika kamu sudah memulai maka semua akan mengalir dengan sendirinya". Kalimat itu masih membekas di pikiran saya.

Pada awal saya mencoba menulis. Memang benar apa yang dikatakan sang guru. Topiknya sudah disiapkan matang-matang, idenya sudah ada, tetapi saya bingung apa yang mau ditulis dan bagaimana memulainya. Kalimat itu menjadi tebukti dan saya alami.

Saya mulai mengetik. Satu kata, satu kalimat, dan akhirnya satu paragraf. Akhirnya bisa juga. Saya bisa menulis---walupun satu paragraf. "Awal yang bagus Men", kata saya pada diri sendiri.

Selanjutnya apa yang dikatakan guru saya benar-benar nyata. Saya mulai terbiasa menulis, menemukan ide dan mengembangkan tulisan saya. Awalnya coba-coba akhirnya ketagihan.

Butuh proses untuk bisa menjadi terbiasa. Satu tahun bagi saya itu belum cukup. Hingga saaat ini saya terus melatih kemampuan saya. Belajar, berlatih, dan mengasah semua itu.

Proses bukanlah sesuatu yang instan. Proseslah yang akan menentukan hasil. Jika prosesnya benar maka hasilnya pun akan baik, demikian sebaliknya.

Di tengah pandemi Corona dan efeknya kita dirumahkan menjadi momen berharga. Saya jadi memiliki banyak waktu luang untuk terus mengasah kemampuan menulis. Saya melihat ini adalah momen yang mungkin tidak akan saya dapatkan dua kali.

Bagi saya, menulis bukan sekadar hobi. Menulis menjadi sarana saya untuk berbagi ide dan hal-hal lain yang bermanfaat. Menulis juga membuat saya semakin banyak belajar; saya merasa saat menulis saya dituntut untuk  menambah pengetahuan dan wawasan.

Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih buat kompasiana yang telah menjadi platform untuk saya dapat mengembangkan kemampuan saya.

Jangan takut mencoba, apapun itu; menulis, design, berbisnis, bercocok tanam, beternak, dan sebagainya. Intinya sesuai bakat maupun minat anda. Manfaatkan juga waktu luang yang ada.

Satu hal yang juga perlu diingat, apapun yang dilakukan percayalah tidak ada yang sia-sia. Ada pepatah mengatakan, "untuk mencapai seribu langkah dimulai dari langkah pertama".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun