Mohon tunggu...
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto Mohon Tunggu... Human Resources - Timor Tengah Selatan

Seorang pengagum berat Cristiano Ronaldo dan pemakan segala kacuali durian. Menyelesaikan studi S1 Pendidikan Fisika di Institut Pendidikan SoE, S2 Pendidikan Fisika di Universitas Pendidikan Indonesia, dan saat ini sedang menempuh studi doktoral (S3) di Universitas Pendidikan Indonesia serta Magister Ministry Marketplace (S2) di Sekolah Tinggi Theologi Bandung. Menyukai banyak hal; sains, musik, sepak bola, seni, dan lain-lain.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Ratapan Insan Corona

11 Mei 2020   19:09 Diperbarui: 11 Mei 2020   19:08 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Insan Corona | pixabay.com

Mata menatap layu,

Pikiran kusut,

Jiwa berkelana tak menentu

Semua riuh berkecamuk

Entah apa yang harus dikatakan

Tak satupun ide yang terlintas

Perasaan serasa hampa

Diam menjadi akhir pilihan

Merenung dalam bisu

Hidup menjadi tidak pasti

Corona terus memburu

Mimpi buruk makin berpacu

Perut bernyanyi keroncong

Dentang tong beras mengiringi

Celengan tua riuh melolong

Dompet pun ikut menangis

Surat PHK tersenyum sinis

Pintu-pintu berkat seakan raib

Ke mana lagi harus melangkah?

Ohh.. begitu menyedihkannya nasib ini

Sampai kapan semua ini berakhir?

Penantian tak kunjung usai

Anak-anak terus menjerit

Para dewasa mengernyit

Kepala tertunduk lemas

Tetes berlian dari kelopak menderas

Dada terasa sesak

Jiwa meronta tak tertahan

Asa pertolongan yang berdaulat

Disikat oleh yang tak berakhlak

Secuil berkah dirampas jua

Sungguh nasib mujur tak berpihak

Ya, Tuhan, tolong hambamu

Bukakanlah pintu berkah-Mu

Delikkan mata-Mu ke arah kami

Sudah tak kuasa menahan derita ini

**Kisah insan yang belum usai...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun