Mohon tunggu...
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto Mohon Tunggu... Human Resources - Timor Tengah Selatan

Seorang pengagum berat Cristiano Ronaldo dan pemakan segala kacuali durian. Menyelesaikan studi S1 Pendidikan Fisika di Institut Pendidikan SoE, S2 Pendidikan Fisika di Universitas Pendidikan Indonesia, dan saat ini sedang menempuh studi doktoral (S3) di Universitas Pendidikan Indonesia serta Magister Ministry Marketplace (S2) di Sekolah Tinggi Theologi Bandung. Menyukai banyak hal; sains, musik, sepak bola, seni, dan lain-lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Online, Bagaimana dengan Kami di Desa dan Pedalaman, Pak Nadiem?

2 April 2020   19:50 Diperbarui: 2 April 2020   19:55 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa belajar di rumah (dokpri)

Kuota internet, HP, laptop dan sinyal yang stabil, hal inilah yang penting bagi pelajar maupun mahasiswa saat ini. Semenjak Indonesia  dinyatakan darurat Covid-19 pada awal bulan Maret lalu, pembelajaran berbasis online pun diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan. Cara ini merupakan solusi atas libur yang tidak pasti kapan berakhirnya.

Belajar online memiliki dampak, baik dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya adalah para siswa belajar untuk tidak bergantung pada guru sebagai sumber belajar dan juga memanfaatkan teknologi dengan lebih positif dan bermanfaat. 

Sedangkan dampak negatifnya adalah kondisi demografi Indonesia yang tidak merata secara teknologi (internet, android atau laptop). Hal ini sangat berpengaruh bagi pemerataan pembelajaran.

Libur dan belajar online berlaku bagi seluruh siswa di Indonesia termasuk siswa di daerah pedalaman. Bagi sebagian siswa, belajar online merupakan hal yang mudah. Anak-anak yang hidup di kota dengan fasilitas yang lengkap tidak akan kesulitan menghadapi situasi seperti saat ini. 

Lalu bagaimana dengan para siswa yang hidup di desa atau pedalaman dengan fasilitas terbatas? Bagaimana proses belajar mereka di tengah situasi saat ini?

Bagi anak-anak dengan kondisi ekonomi keluarga di bawah garis kemiskinan, tuntutan belajar online sangat berat. Di daerah desa atau pedalaman, koneksi internet sangat sulit. Jika pun ada internet, masalah lain adalah tidak semua siswa memiliki fasilitas seperti handphone android atau laptop. 

Sedangkan bagi orangtua, jangankan membeli sebuah android, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sangat sulit. Belum lagi kuota internet yang juga membutuhkan biaya tersendiri.

Semua kendala di atas juga berimbas kepada guru yang mengajar di sana. Banyak guru yang tengah dibuat pusing dengan strategi apa yang harus digunakan agar pembelajaran tetap berjalan. Pembelajaran online? Tidak mungkin, banyak kendala yang menghambat. 

Guru  mengunjungi siswa satu per satu? Social distancing dan anjuran self isolation membatasi kontak antar sesama sehingga guru maupun siswa tidak mungkin saling bertemu. 

Cara terakhir yang mungkin masih dapat dilakukan adalah pemberian tugas yang banyak. Tetapi perlu dipertimbangkan dengan segala risiko yang mungkin timbul. Ada kelebihan dan kekurangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun